BERLIN, KAMIS — Kanselir Jerman Angela Merkel, Rabu (22/3), mengecam serangan militer Turki di Afrin, Suriah utara. Selain itu, Merkel juga mengkritik Rusia karena ”hanya diam saja mengawasi” serangan yang terus dilancarkan oleh tentara Suriah di Ghouta timur.
Berbicara di majelis rendah parlemen Jerman, Merkel mengatakan bahwa Pemerintah Jerman tak hanya mengkritik Turki, tetapi juga serangan udara Pemerintah Suriah di daerah kantong pemberontak Ghouta timur. Ia menyalahkan pula Moskwa karena membiarkan peristiwa itu terjadi.
Menurut Merkel, tindakan Turki yang menyerang dan menguasai Afrin tidak dapat diterima meskipun demi kepentingan keamanan Turki. ”Saya mengecam keras hal ini,” ucapnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa, meminta akses penuh agar bisa menjangkau warga sipil di dalam dan di luar Ghouta timur sehingga bisa memenuhi kebutuhan mereka, termasuk membantu 50.000 warga Ghuota dalam beberapa hari terakhir.
Sementara itu, operasi Ranting Zaitun di Afrin telah mengakibatkan sekitar 104.000 warga wilayah itu mengungsi. Operasi Ranting Zaitun melibatkan pasukan Turki dan milisi oposisi Suriah pro-Ankara yang berhadapan dengan milisi Kurdi dari Unit Pelindung Rakyat (YPG). Turki kini menguasai pusat kota Afrin setelah menyerangnya selama dua bulan.
Diperkirakan sekitar 100.000 orang terjebak di dalam distrik Afrin. Setengah dari jumlah itu adalah anak-anak.
Pemerintah Jerman dikecam anggota parlemen oposisi dan migran Kurdi karena bersikap tak tegas terhadap serangan Turki, terutama terkait penggunaan tank Jerman dalam operasi Ranting Zaitun.
Minta kerja sama
Merespons Merkel, Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan kecaman Merkel ”tidak dapat diterima” dan dilontarkan hanya berdasarkan informasi tak benar. ”Kami meminta sekutu kami untuk bekerja menuju perdamaian, keamanan, dan stabilitas abadi di Suriah dengan tetap berkoordinasi erat serta melakukan kontak dengan kami,” ungkap pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki, Rabu.
Dalam kesempatan terpisah, sumber di Kantor Kepresidenan Turki menyatakan, Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier membahas melalui telepon, Rabu lalu, tentang pentingnya berjuang bersama melawan teroris.
Menurut sumber itu, Erdogan dan Steinmeier tidak menanggapi komentar terbaru Merkel. Kedua pemimpin justru menyuarakan tekad untuk memberikan dorongan baru bagi hubungan bilateral. (REUTERS/AFP/LOK)