SANA\'A, JUMAT — Pasokan senjata dari Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara lain kepada Arab Saudi, yang memimpin pasukan koalisi Arab dalam memerangi milisi Houthi di Yaman, membuat sengsara warga Yaman. Arab Saudi dan para mitra koalisinya bisa dinyatakan bersalah atas kejahatan perang di Yaman.
Amnesty International (AI) dalam pernyataannya, Jumat (23/3), mendokumentasikan pelanggaran hukum internasional oleh semua pihak yang bertempur, termasuk milisi Houthi yang didukung Iran dan kelompok-kelompok lain di negeri itu. Konflik di Yaman telah memasuki tahun ketiga dan belum ada tanda-tanda konflik ini akan berhenti.
Hampir 10.000 orang tewas sejak Arab Saudi dan para mitra koalisinya menggempur milisi Houthi mulai 26 Maret 2015. PBB menyebut kesengsaraan warga Yaman akibat perang saat ini sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Amnesty mengatakan, mereka mendokumentasikan 36 serangan koalisi pimpinan Arab Saudi yang menewaskan 513 warga sipil, termasuk 157 anak-anak, dan 379 orang luka-luka. Disebutkan, banyak dari serangan itu dapat dimasukkan kejahatan perang.
Dengan alasan memerangi pemberontak Houthi di Yaman, Arab Saudi terus melakukan serangan yang menghancurkan sekolah-sekolah, rumah sakit, dan ribuan pemukiman. Jutaan orang terpaksa mengungsi, demikian pernyataan Amnesty.
”Ada bukti lengkap terjadi aliran senjata yang tidak bertanggung jawab ke koalisi pimpinan Arab Saudi, mengakibatkan kerugian besar buat warga Yaman,” kata Lynn Maalouf, Direktur Penelitian untuk Timur Tengah pada Amnesty International.
”Namun, hal itu tidak menghentikan AS, Inggris, dan negara-negara lain, termasuk Perancis, Spanyol, dan Italia, untuk terus memasok senjata-senjata bernilai miliaran dollar AS. Selain menghancurkan kehidupan warga, itu mengolok-olok perjanjian perdagangan senjata global.”
Houthi juga dikecam
Dari analisis video, Amnesty mengungkapkan, setidaknya dua serangan terhadap warga pada Agustus 2017 dan Januari 2018 dilakukan dengan bom-bom buatan Lockheed Martin dan Raytheon, AS. Koalisi juga menggunakan bom GBU-12 yang dipandu laser dan berbobot 226,7 kg yang juga diproduksi Lockheed.
Amnesty juga mengatakan milisi Houthi dan kelompok-kelompok lain telah membunuh dan melukai warga. Serangan artileri mereka tanpa pandang bulu telah menyasar rumah-rumah warga.
Houthi, lanjut Amnesty dalam pernyataannya, juga melakukan penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, menculik, menyiksa, dan pelanggaran-pelanggaran lain yang masuk kategori kejahatan perang.
Akibat perang tak berkesudahan di Yaman, negara berpenduduk lebih dari 22 juta ini kini dilanda berbagai persoalan sosial. Jutaan warga menderita kelaparan dan wabah kolera. ”Sudah berjalan tiga tahun, konflik Yaman belum ada tanda-tanda berakhir dan semua pihak terus menimbulkan penderitaan mengerikan bagi penduduk sipil,” kata Maalouf.
Perang juga menghancurkan infrastruktur, melumpuhkan sistem kesehatan, dan menimbulkan kelaparan berat. Menurut Amnesty, meski memperlonggar blokade di pelabuhan-pelabuhan, Saudi tetap memberlakukan pembatasan bantuan dan impor bahan-bahan kebutuhan dasar.
Jumat, dua kelompok HAM di Perancis menyatakan akan menggugat Pemerintah Perancis jika tetap menjual senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Mereka memberi waktu dua bulan bagi Paris.