TASHKENT, SELASA — Taliban tetap menolak membahas perdamaian dengan para faksi atau kelompok lain di Afghanistan. Penolakan itu diwujudkan dengan tidak mengirimkan utusan dalam perundingan damai di Tashkent, Uzbekistan.
Pertemuan di Tashkent diinisiasi oleh Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev. ”Kami siap menyediakan semua dukungan pada tahapan apa pun dari proses perdamaian untuk menyiapkan perundingan antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban,” ujarnya, Selasa (27/3), di Tashkent.
Seperti Afghanistan, Uzbekistan juga terletak di Asia Tengah dan sama-sama berpenduduk mayoritas Muslim. Walaupun, hal itu tetap tidak membuat Taliban mau hadir dalam pertemuan di Tashkent. Pertemuan itu hanya didatangi Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini, dan sejumlah diplomat beberapa negara.
Ketidakhadiran Taliban sudah diduga sejumlah pihak sejak awal Maret 2018. Sebab, kelompok itu tidak kunjung mendaftar untuk hadir dalam pertemuan di Tashkent.
Wakil Menteri Luar Negeri Uzbekistan Vladimir Norov menyatakan tidak bisa mengharapkan keajaiban dari pertemuan Tashkent. Pertemuan itu lebih fokus untuk membangun saling percaya di kawasan. ”Penting dicatat bahwa Taliban punya kepentingan pada hasil pertemuan ini dan mereka akan melihat apakah semua pihak mempersiapkan pembicaraan yang lebih serius soal perdamaian,” ujarnya.
Taliban memang secara terbuka menolak berunding dengan faksi atau kelompok lain di Afghanistan. Bahkan, secara resmi, Taliban masih menganggap pemerintahan Ghani tidak sah. Mereka melihat tawaran itu hanya pengecoh.
Dalam berbagai kesempatan, Taliban menyatakan hanya mau berunding dengan AS yang menginvasi Afghanistan pada 2001. AS menolak sikap itu dan mencoba memaksa Taliban berunding dengan pemerintahan resmi Afghanistan. Salah satu cara paksanya adalah membombardir berbagai lokasi pertahanan, gudang senjata, hingga pabrik narkotika Taliban.
Selain perundingan di Tashkent, Uzbekistan, pertemuan terkait upaya perdamaian di Afghanistan juga akan digelar Indonesia dalam Forum Trilateral Ulama Indonesia, Afghanistan, dan Pakistan. Pada pertengahan Maret 2018, Taliban mengeluarkan seruan boikot terhadap pertemuan itu.
Sementara itu, Komandan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan Jenderal John Nicholson menyebut ada pimpinan Taliban menyerahkan senjata ke NATO. Mereka mengaku mendapat senjata dari Rusia. Tudingan itu dibantah Kedutaan Rusia di Afghanistan. Tudingan itu dinyatakan tidak berdasar. (AFP/REUTERS/RAZ)