Angin Renaisans di Arab Saudi
Ini sebuah terobosan luar biasa secara keagamaan, budaya, dan politik bagi seorang putra mahkota Arab Saudi, bertemu para petinggi umat Kristiani dan Yahudi. Belum pernah terjadi sebelumnya seorang raja atau putra mahkota Arab Saudi bertemu para petinggi kaum Kristiani dan Yahudi sejak Arab Saudi berdiri 1932.
Berbagai terobosan tersebut menunjukkan bahwa MBS saat ini membawa gerbong Arab Saudi ”zaman now”—bukan Arab Saudi ”zaman old”—atau gerbong Islam moderat. MBS pun ingin menyampaikan kepada para mitra dan sahabatnya di mancanegara bahwa inilah wajah masa depan Arab Saudi sesuai dengan Visi 2030.
MBS melakukan terobosan besar pula dalam upaya menggambarkan wajah Visi 2030 terkait visi ekonomi dan teknologi selama lawatan panjang tersebut. Ketika di Mesir, ia menyetujui pengembangan sekitar 1.000 kilometer persegi wilayah Semenanjung Sinai Selatan menjadi bagian dari megaproyek kawasan NEOM di Arab Saudi barat laut. Megaproyek kawasan NEOM adalah bagian dari Visi 2030.
Dalam proyek itu disepakati akan dibentuk kotak dana bersama senilai 10 miliar dollar AS untuk pembiayaan pengembangan wilayah Sinai Selatan sebagai pusat wisata kelas dunia.
Di Inggris, MBS dan Pemerintah Inggris secara prinsip menyetujui investasi terbesar dalam sepanjang sejarah hubungan kedua negara untuk mendukung Visi 2030, yaitu mencapai nilai 100 miliar dollar AS untuk kurun waktu 10 tahun mendatang. Investasi itu mencakup berbagai bidang, yaitu pendidikan, pelatihan, finansial, kesehatan, budaya, energi, dan pengembangan teknologi.
Di AS, MBS mengubah tradisi kunjungan seorang raja atau putra mahkota Arab Saudi ke negara itu, yang biasanya didominasi isu politik dan senjata, menjadi kunjungan dengan dominasi isu teknologi, riset, finansial, energi, dan pendidikan. Kunjungan MBS di AS akan menjadi titik balik lepas landas Arab Saudi menuju Visi 2030 atau era negara Arab Saudi IV. MBS berambisi mengadopsi kemajuan peradaban AS ke wilayah NEOM kelak.
MBS tidak akan melupakan peran AS yang mengantarkan kejayaan negara Arab Saudi III ketika perusahaan minyak asal AS, California Arabian Standard Oil Company (CASOC), menemukan sumber minyak pertama tahun 1938 di Distrik Al-Ahsa, Arab Saudi timur. Karena itu, MBS mengunjungi enam kota di AS, yaitu Washington DC, New York, Boston, Los Angeles, Seattle, dan Houston.
Di Washington DC, MBS fokus ke isu klasik, yakni politik dan senjata. Di Boston, ia mengunjungi pusat riset dan sistem pendidikan termaju di dunia, seperti Universitas Harvard dan Massachusetts Institute of Technology (MIT). Adapun di Seattle, ia mengunjungi industri penerbangan Boeing dan Microsoft.
Di Los Angeles, MBS melihat dari dekat industri film dan hiburan Hollywood serta pusat teknologi lembah Silicon yang akan diterapkan di wilayah NEOM. Di Houston, ia melihat langsung industri energi. Adapun di New York, MBS mengunjungi pusat industri finansial. Di kota itu, Arab Saudi dan Softbank Group menandatangani nota kesepahaman untuk membangun pembangkit tenaga surya terbesar di dunia senilai 200 miliar dollar AS.
Melalui berbagai terobosan itu, MBS ingin menunjukkan pula kepada para mitra dan sahabatnya di mancanegara bahwa proyek Visi 2030 berproses tanpa hambatan berarti dan akan mencapai tujuan.
Hal itu dibuktikan, setelah hampir dua tahun dari sejak diumumkannya Visi Arab Saudi 2030 pada April 2016, negara monarki tersebut tetap berjalan normal. Tidak ada guncangan politik dan keamanan yang mengancam rezim duet Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dan putranya, Pangeran Mohammed bin Salman.
Bagi MBS, melakukan reformasi total adalah sebuah keniscayaan, mengingat sebagian penduduk Arab Saudi saat ini adalah generasi milenial. Sebanyak 70 persen penduduk Arab Saudi berusia 15 hingga 35 tahun. Ada sekitar 200.000 mahasiswa Arab Saudi belajar di Barat, yang sebagian besar di AS. Ada 35 mahasiswa Arab Saudi yang kembali ke negaranya setelah menyelesaikan studinya di Barat.
Seperti dilaporkan kantor berita Arab Saudi, SPA, yang dikutip Associated Press, Rabu (28/3), Raja Salman menyetujui rekomendasi MBS agar Kerajaan Arab Saudi memberikan bantuan keuangan masing- masing 2.000 dollar AS bagi puluhan ribu mahasiswa Arab Saudi yang kuliah di luar negeri. Saat ini Arab Saudi memberikan beasiswa bagi 90.000 warga mereka yang belajar di mancanegara.
Tiga fase
Bisa disebut sampai saat ini ada tiga fase dalam proses menuju Visi 2030. Fase pertama, pengenalan dan sosialisasi Visi 2030 yang telah dilakukan saat dirilisnya visi itu, April 2016. Fase kedua, mengenyahkan rintangan yang dianggap menghambat laju proyek Visi 2030 dengan pembaruan atau evaluasi atas penafsiran ideologi negara yang dilakukan pada akhir 2017. Fase ketiga, proses implementasi visi 2030.
Fase pertama atau fase sosialisasi berlangsung lebih dari satu tahun, yaitu April 2016 hingga Juni 2017. Adapun fase kedua dimulai pada Juni 2017 ketika terjadi peralihan kekuasaan di tingkat putra mahkota dari Pangeran Mohammed bin Nayef kepada MBS. Peralihan kekuasaan di tingkat putra mahkota dibutuhkan MBS karena ia merasa butuh kekuasaan lebih besar untuk menyukseskan Visi 2030.
Tanpa kekuasaan lebih besar di tangan MBS, Visi 2030 hanya akan berjalan di tempat atau sebatas retorika saja. Hal itu terbukti, sejak dirilis April 2016 hingga Juni 2017, Visi 2030 hanya sebuah retorika. Maka, ketika MBS mendapat kekuasaan lebih besar dengan menjabat putra mahkota pada Juni 2017, ia segera melakukan langkah-langkah besar menuju Visi 2030.
Fase setelah Juni 2017 bisa disebut fase mengenyahkan rintangan yang menghambat terwujudnya Visi 2030. Karena itu, keputusan-keputusan terobosan besar terjadi setelah Juni 2017. Misalnya, dekrit yang mengizinkan kaum perempuan di negara itu mengemudikan kendaraan dikeluarkan Raja Salman pada 26 September 2017.
Pada 24 Oktober 2017, MBS merilis megaproyek kawasan NEOM di wilayah Arab Saudi barat laut yang berdekatan dengan perbatasan Mesir dan Jordania. Pada 29 Oktober 2017, otoritas Arab Saudi mengumumkan akan mengizinkan kaum perempuan menonton langsung pertandingan olahraga di stadion mulai 2018.
Saat merilis megaproyek kawasan NEOM pada akhir Oktober 2017, MBS secara mengejutkan menegaskan bahwa Arab Saudi mengadopsi Islam moderat yang terbuka terhadap dunia dalam rangka menuju Visi 2030. Penegasan MBS tentang Islam moderat itu sekaligus sebagai evaluasi terhadap doktrin Wahabi yang dianggap sudah tidak relevan lagi pada era Visi Arab Saudi 2030. Doktrin Wahabi adalah ideologi negara Arab Saudi saat ini dari sayap agama.
Pada awal Desember lalu, MBS juga menangkap puluhan pangeran, pejabat, dan sejumlah pengusaha dengan tuduhan korupsi. Para pangeran yang notabene juga keluarga besar Ibn Saud yang berkuasa adalah merupakan pilar ideologi negara Arab Saudi dari sayap politik.
Kini, persisnya mulai Maret 2018, Arab Saudi memasuki proses implementasi Visi 2030 dengan menggandeng investor mancanegara, khususnya dari AS. Jika semua fase dan tahapan itu berhasil dijalani, ada yang menyebut negara tersebut memasuki era Arab Saudi IV. Bisa juga, mengutip masa pencerahan yang menjadi jembatan menuju sejarah modern di Eropa pada abad ke-14 hingga 17—Arab Saudi saat ini mungkin sedang memasuki era Renaisans.