Rekaman Video Perlihatkan Kebrutalan Tentara Israel
Oleh
·3 menit baca
Terkait insiden tersebut, kebijakan tembak di tempat oleh militer Israel kini menjadi sorotan. Tayangan dua video amatir dari tempat kejadian memperlihatkan, dua warga Palestina ditembak—satu tewas, satu luka-luka—ketika keduanya tidak membahayakan tentara Israel.
Dari video itu juga diketahui, penembakan terjadi jauh dari garis perbatasan dan juga menimpa orang-orang yang tidak ikut melakukan kericuhan. Dalam satu video, seorang pria yang belakangan diketahui bernama Ibrahim Abu Shanab terlihat berlutut di tanah pada baris pertama dari dua barisan jemaah shalat Jumat, menghadap ke pagar perbatasan berjarak 150-200 meter. Tiba-tiba ia bangkit, berjalan pincang, dan roboh sebelum dibawa menjauh oleh pria muda yang memekikkan ”Allahu Akbar”.
Adli Abu Taha, yang merekam kejadian itu dengan ponselnya, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa Abu Shanab melemparkan batu-batu di dekat pagar perbatasan sebelum bergabung shalat Jumat. Insiden itu terjadi di sisi timur kota Rafah, Gaza City selatan. Petugas medis mengatakan, Abu Shanab ditembak kakinya.
Dalam video lain yang beredar di media sosial terlihat seorang pria muda ditembak dari belakang saat berlari menjauhi area perbatasan membawa ban.
Militer Israel menuduh Hamas merilis video-video itu tidak utuh dengan mengedit atau ”sepenuhnya merekayasa”. Menurut pejabat militer Israel, tentara tak mengizinkan pengunjuk rasa melintasi atau merusak pagar perbatasan. Pengunjuk rasa juga tak diperbolehkan mendekat hingga 100 m dari pagar perbatasan itu.
Sabtu lalu, reporter Associated Press melihat dua pria muda ditembak pada kaki mereka dalam insiden yang hanya berselang 15 menit saat keduanya keluar dari puluhan orang berjarak sekitar 200 m dari perbatasan dan berjalan mendekati pagar.
Tindakan tak berdasar
Kelompok pembela hak asasi manusia menyatakan, penembakan terhadap orang-orang Palestina yang tak mengancam tentara Israel merupakan tindakan tak berdasar. Perancis juga mendesak Israel untuk menahan diri. ”Perancis mengingatkan otoritas Israel untuk menjalankah tugasnya melindungi warga sipil dan mendesak mereka untuk menunjukkan sikap menahan diri yang besar,” demikian pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Perancis, Minggu.
Kekerasan di Jalur Gaza, pekan lalu, memakan korban jiwa terbesar sejak perang Hamas-Israel 2014. Penembakan oleh tentara Israel pun mengakibatkan lebih dari 1.400 orang luka-luka.
Israel menyangkal tuduhan bahwa tentaranya menggunakan kekuatan berlebihan dalam menghadapi unjuk rasa Palestina. Menurut Israel, pihaknya berusaha mempertahankan serangan yang mereka klaim merupakan serangan Hamas. Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman menyatakan tak bersedia bekerja sama dengan penyidik PBB jika nanti dibentuk.
Kubu Hamas menyatakan unjuk rasa akan terus berlangsung. ”Warga Palestina bertekad melanjutkan aksi ’Perjalanan Kembali’ untuk membebaskan tanah pendudukan dan bergerak menuju Jerusalem, dan mereka tidak khawatir dengan semua pengorbanan,” kata Khalil al-Hayya, anggota senior Hamas.