BEIJING, RABU — Aksi saling balas dilakukan China dan Amerika Serikat. Setelah pada Selasa lalu Washington mengumumkan rencana penerapan tarif 25 persen atas sekitar 1.300 produk ekspor China, Beijing membalasnya, Rabu kemarin. Kementerian Perdagangan China menyatakan akan menerapkan tarif 25 persen atas 106 produk AS dengan nilai 50 miliar dollar AS, meliputi mobil, pesawat, dan kedelai.
Saat mengumumkan aksi balasannya ini, China mengecam aksi Washington, yang pada bulan lalu juga menerapkan tarif impor atas produk baja dan aluminium, sebagai pelanggaran terhadap aturan perdagangan global. Maka, Beijing merasa perlu mengambil langkah lanjutan demi melindungi kepentingan China.
China menjelaskan, tarif 25 persen akan diberlakukan segera dan diumumkan lebih lanjut tanggal kepastiannya. Hal itu disiapkan sambil menunggu perkembangan lebih lanjut, khususnya kebijakan AS terhadap barang-barang impor dari China.
Sebelum Washington mengumumkan rencana penerapan tarif atas 1.300 produk China, Beijing menyatakan akan menerapkan tarif atas 128 produk pertanian dan perkebunan AS.
Langkah China, Rabu, juga merupakan respons atas protes AS terhadap cara Beijing menekan perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di negara itu. Perusahaan-perusahaan asing wajib melakukan transfer teknologi kepada pihak China sebagai balasan dari perolehan akses pasar di negara dengan penduduk 1,38 miliar jiwa itu.
Dari sisi China, langkah yang diambil itu menggambarkan sensitivitas Beijing terhadap AS. Mereka terus mengantisipasi kemungkinan langkah yang akan diambil AS atas produk kedirgantaraan, telekomunikasi, dan permesinan.
Diamati pelaku pasar
Aksi saling balas China-AS menimbulkan kekhawatiran pada investor dan pelaku pasar keuangan global. Konflik dua negara itu dinilai dapat memukul perdagangan global, sekaligus menekan perekonomian dunia yang masih dalam pemulihan sejak krisis pada dekade lalu. Jika konflik berlarut-larut, kinerja perusahaan-perusahaan global dipertaruhkan. Pelaku pasar kini menunggu respons perusahaan-perusahaan itu.
Bursa Asia pada akhir perdagangan kemarin ditutup bervariasi dengan kecenderungan tertekan. Bursa saham di China dan Hong Kong sempat anjlok lebih dari 2 persen, di tengah bursa Jepang dan Korea Selatan yang menguat. Bursa Wall Street ditutup naik pada Selasa lalu setelah pasar merespons positif negosiasi yang dilakukan Washington dan Beijing.
Hikaru Sato, analis teknikal senior Daiwa Securities, menyatakan, pelaku pasar cenderung berhati-hati dalam bertransaksi. ”Pembelian masih terbatas karena investor khawatir dengan sejumlah elemen yang tidak pasti, termasuk perang dagang yang diinisiasi AS,” katanya.
Hal senada diungkapkan analis di perusahaan OANDA, Stephen Innes. Masa depan perang dagang AS-China akan berlanjut dan menyisakan bayangan gelap di pasar modal. (AFP/AP/BEN)