GENEVA, JUMAT — Kantor Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB memperingatkan Israel soal penanganan unjuk rasa warga Palestina di Gaza. Warga Palestina kembali berunjuk rasa di Gaza, Jumat (6/4/2018). Juru bicara Kantor Komisioner Tinggi HAM PBB, Elizabeth Throssell, mengatakan, senjata api harus jadi pilihan terakhir. Penggunaan senjata api dalam penanganan unjuk rasa akan berakibat pada korban sipil. Hal itu melanggar Konvensi Geneva.
”Israel berkewajiban memastikan tidak menggunakan kekuatan berlebihan. Jika ada penggunaan senjata yang melanggar hukum, mengakibatkan kematian, hal itu bisa digolongkan pembunuhan disengaja,” ujar Throssell di Geneva, Swiss.
Peringatan itu disampaikan terkait unjuk rasa yang kembali merebak di Gaza. Dalam unjuk rasa Jumat (30/3), total 20 orang tewas karena luka tembakan senjata tentara Israel. Sebanyak 19 korban tewas pada Jumat dan Sabtu, pekan lalu. Sementara satu orang lagi meninggal pada Jumat pekan ini. Korban terakhir tidak bisa diselamatkan karena lukanya terlalu parah.
Dalam unjuk rasa pekan ini, bentrokan kembali terjadi. Para pengunjuk rasa melemparkan batu dan ban yang dibakar ke tentara Israel. Pengunjuk rasa berada di sisi wilayah Gaza. Tentara Israel berada di balik pagar dan berdiri di sisi wilayah Israel.
Tentara Israel membalas pelemparan itu dengan menembaki pengunjuk rasa. Hingga Jumat malam, dilaporkan 40 orang terluka akibat tembakan tersebut. Dinas Kesehatan Gaza menyebutkan, semua korban dalam kondisi kritis.
Pemuda di depan
Para pengunjuk rasa di bagian depan terutama dipenuhi para pemuda Palestina. Sementara orang-orang tua berada di sekitar tenda yang berjarak beberapa meter dari pagar. Barisan tenda membentang hingga 65 kilometer di sepanjang perbatasan Israel-Palestina.
Para pemuda Palestina menutupi wajah dengan kaus atau masker tipis yang dibaluri pewangi sebagai perlindungan dari gas air mata Israel. Sementara tentara Israel dilaporkan menempatkan sejumlah tentara yang senjatanya dilengkapi peluru tajam. Tentara dengan perlengkapan itu ditempatkan di bagian depan pasukan Israel.
Militer Israel berkeras, sasaran yang ditembak adalah anggota kelompok bersenjata. Militer Israel menyatakan tidak akan mengizinkan perusakan atau pelanggaran apa pun pada pagar perbatasan yang dibuat untuk melindungi warga Israel.
Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, mendesak unjuk rasa tetap berlangsung damai. ”Menjaga unjuk rasa tetap damai akan mematahkan propaganda zionis,” ujarnya.
Seperti pekan lalu, unjuk rasa kemarin merupakan bagian dari rencana aksi selama enam pekan. Para pengunjuk rasa menekankan hak untuk kembali ke tanah air bagi orang-orang Palestina untuk kembali ke kampung halaman mereka yang kini dicaplok Israel.
Lebih dari 700.000 orang Palestina mengungsi atau diusir dari tanah mereka selama perang yang mengiringi pembentukan negara Israel pada 1948. Perang itu dimenangi milisi Yahudi, dan sejak itu Israel resmi menjadi negara. ”Saya, seperti semua orang di sini, datang untuk membebaskan tanah,” ujar Hekam Kuhail (60), salah seorang pengunjuk rasa yang mendirikan tenda.
Unjuk rasa direncanakan berlangsung paling tidak sampai 15 Mei. Tanggal itu diperingati sebagai hari Naqba (bencana), untuk mengenang terusirnya orang Palestina dari tanah mereka yang dicaplok milisi Yahudi. Pemerintah Israel menolak semua upaya para pengungsi Palestina itu kembali ke tanah asal mereka. Sebab, kehadiran pengungsi Palestina bisa mengancam posisi mayoritas warga Yahudi di Israel. (AFP/REUTERS/RAZ)