Pasukan Assad Kuasai Ghouta, Akhiri Salah Satu Pertempuran Paling Berdarah
Oleh
MYRNA RATNA
·2 menit baca
BEIRUT, KAMIS -- Militer Rusia, Kamis (12/4/2018), mengumumkan, pasukan pemerintah Suriah menguasai penuh wilayah Ghouta timur yang selama bertahun-tahun berada di bawah kontrol pasukan oposisi Jaish al-Islam. Bendera Suriah kemarin berkibar di atas mesjid utama di Douma, kota benteng terakhir oposisi di Ghouta timur. Kota ini, Sabtu lalu, menjadi target serangan pasukan Suriah yang dituduh telah menggunakan senjata kimia.
Kubu oposisi kemarin menyerahkan persenjataan mereka, menandai berakhirnya salah satu area pertempuran paling berdarah dalam konflik Suriah yang sudah berlangsung tujuh tahun. Meskipun pasukan Suriah belum sepenuhnya mengambil alih Douma, sudah tak ada perlawanan pihak oposisi.
Polisi militer Rusia mengatur evakuasi pasukan oposisi dan keluarganya. Pemimpin oposisi, Issam Buwaydani, ikut keluar dari Douma dan pergi bersama konvoi ribuan personel oposisi dan keluarga mereka.
"Hari ini menjadi hal penting dalam sejarah Suriah," kata Mayor Jenderal Yury Yevtushenko, pejabat militer Rusia yang juga Ketua Pusat Perdamaian dan Rekonsiliasi di Suriah.
Moskwa juga mengumumkan, polisi militer Rusia telah kembali ke kota dan mengendalikan penuh situasi di sana. "Sejak hari ini, pasukan Rusia bekerja di kota Douma. Mereka akan menjamin penegakan aturan dan hukum di kota itu," demikian keterangan resmi Kementerian Pertahanan Rusia.
Menurut militer Rusia, lebih dari 160.000 orang telah dievakuasi dari Ghouta timur. Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad telah bertekad untuk merebut semua wilayah yang mengancam langsung keamanan Damaskus.
"Kemenangan di Ghouta sangat penting. Ini pesan ke seluruh dunia, pasukan Suriah dan sekutunya mampu membebaskan setiap inci teritorial Suriah," kata Yevtushenko.
Kini pasukan Suriah mengincar wilayah di sebelah selatan Damaskus yang telah sepi dari warga sipil, namun masih dalam kontrol pasukan oposisi.
Seiring dengan meningkatnya ketegangan di Suriah, Perserikatan Bangsa Bangsa mengingatkan semua kekuatan dunia untuk tidak kebablasan, menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam menggempur Suriah terkait insiden dugaan serangan senjata kimia di Douma.
Ancaman AS dibalas dengan keras oleh Rusia yang mengatakan bahwa pasukannya akan menembak jatuh semua rudal AS, termasuk pesawat yang menembakkannya.
"Hari ini saya memanggil lima duta besar anggota permanen DK PBB untuk menyampaikan kekhawatiran yang mendalam atas risiko yang mungkin terjadi dan desakan agar situasi yang tak terkendali bisa dihindarkan," kata Sekjen PBB Antonio Guterres. (AP/AFP/REUTERS)