Jauh-jauh datang ke pengungsian dan memberi sumbangan, pasti tak banyak dilakukan pengusaha mana pun.
”Saya ini mungkin gila, ya. Ngapain datang ke pengungsian. Orang biasanya kasih uang saja, selesai, tak mau capek-capek datang. Namun, bagi saya, datang, melihat, dan mendengar sendiri kisah mereka sepertinya lain,” kata Dato’ Sri Tahir setengah berkelakar di sebuah perkampungan pengungsi di Lebanon, pekan lalu.
Bagi saya, datang, melihat, dan mendengar sendiri kisah mereka sepertinya lain
Sebelum datang ke Lebanon, Tahir mengunjungi kamp pengungsi Suriah di Azraq, Jordania. Sejak tahun 2016, sudah tiga kali ia datang ke kamp ini, bahkan secara pribadi mengangkat satu keluarga pengungsi.
Lewat yayasannya, Tahir sudah menyumbang 4 juta dollar AS buat pengungsi Suriah di Jordania. Sumbangan diserahkan melalui Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR).
Terkait urusan pengungsi ini, pengusaha yang filantrop ini juga menyatakan akan menyerahkan dana 1 juta dollar AS kepada Pemerintah Jordania sebagai bentuk penghargaan atas penanganan pengungsi selama ini.
Di Lebanon yang baru sekali dia singgahi, Tahir menyerahkan bantuan 1 juta dollar AS bagi pengungsi Palestina, 400.000 dollar AS untuk pengungsi Suriah, dan 500.000 dollar AS untuk pemerintah setempat. Menteri Urusan Pengungsi Lebanon Mouin Merheby menyatakan terima kasih.
Menurut dia, negaranya yang dibanjiri pengungsi dari Palestina dan Suriah saat ini sedang menghadapi persoalan finansial yang cukup berat. ”Insya Allah sumbangan ini bisa meringankan beban,” kata Merheby saat menandatangani penerimaan, Rabu (11/4/2018) lalu, di Beirut.
Dubes RI untuk Lebanon Achmad Chozin Chumaidy mengatakan, ”Pilihan membantu pengungsi Palestina ini luar biasa.” Dia berharap silaturahim yang dilakukan Tahir akan berlanjut. Di Lebanon diperkirakan terdapat 500.000 pengungsi Palestina.
Tahir mengungkapkan, dirinya sebagai warga Indonesia ingin melakukan hal lebih konkret membantu perjuangan warga Palestina. ”Selama ini, Indonesia mendukung Palestina. Ini adalah bantuan yang bisa saya berikan sebagai orang Indonesia,” ujarnya.
M
enurut dia, kemanusiaan tak mengenal batas, termasuk batas negara atau agama sekalipun. ”Hati saya tadi seperti ikut terluka mendengar kisah dua keluarga yang begitu menderita akibat negaranya yang sedang dilanda perang,” ucap Tahir yang dalam perjalanan kali ini mengajak cucunya, Joshua, yang remaja.
Dalam kesempatan lain, Tahir menyampaikan rasa bersyukurnya terlahir sebagai orang Indonesia yang meski terdiri dari ragam suku dan agama bisa hidup dengan rukun.