Partai Republik Susun Strategi Mahal Jelang Pemilu Sela
Oleh
MYRNA RATNA
·4 menit baca
WASHINGTON, MINGGU -- Kubu Partai Republik AS akan berjuang habis-habisan untuk mempertahankan mayoritas kursi di Dewan Perwakilan Rakyat di saat popularitas Partai Demokrat terus naik. Kubu Partai Republik mempersiapkan diri untuk menghadapi pemilu sela di Amerika Serikat pada November mendatang. Target mereka hanya satu, yaitu mempertahankan mayoritas parlemen AS selama termin pertama pemerintahan Presiden Donald Trump.
Komite Nasional Republik (RNC) akan mengucurkan dana 250 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,4 triliun sebagai dana kampanye. Republik akan mempersiapkan strategi habis-habisan karena menyadari saat ini antusiasme masyarakat AS terhadap kubu Partai Demokrat meningkat tajam, menyusul kepemimpinan Presiden Trump yang penuh kontroversi dalam setahun terakhir.
"Prioritas nomor satu kami adalah menguasai DPR. Kami harus memenangi mayoritas kursi DPR," kata Direktur Politik RNC Juston Johnson.
Kepada kantor berita Associated Press, Johnson memerinci strategi yang sudah disiapkan RNC, di antaranya membangun pasukan sukarelawan dan juga sekitar 900 karyawan bergaji untuk melakukan kampanye di berbagai negara bagian di AS dengan lebih dari 200 acara.
Strategi khusus akan diberlakukan untuk negara bagian yang DPRD-nya dikuasai Republik, seperti di Florida, California, dan New York.
Untuk Florida saja sudah disiapkan sekitar 40 acara. Florida merupakan negara bagian yang paling ketat persaingannya dalam memperebutkan gubernur, senator, dan kursi parlemen.
Menurut Johnson, tujuh bulan menjelang pemilu sela, mereka telah melatih 10.000 sukarelawan, dan masih akan melatih 1.600 orang lagi.
Mahal dan berisiko
Menurut pengamat, strategi yang dilakukan Republik sangat mahal dan berisiko. Fokus dari RNC adalah melakukan operasi masif di lapangan untuk mengidentifikasi pemilih kunci dan juga menarik pemilih ke TPS. Pendekatan ini seperti akan membuat para politisi Republik harus mati-matian mengumpulkan dana untuk membiayai operasi besar-besaran di lapangan.
Padahal, hanya sedikit yang percaya bahwa operasi semacam itu bisa menekan antusiasme masyarakat terhadap Demokrat. Bahkan, sejumlah ahli strategi Republik khawatir, mayoritas kursi di DPR saat ini akan lepas dari Republik.
Demokrat membutuhkan sedikitnya 24 kursi untuk mengambil alih kontrol DPR pada periode dua tahun mendatang, dan membutuhkan dua kursi lagi untuk meraih mayoritas di Senat. Namun, berdasarkan perhitungan di atas kertas sulit bagi Demokrat untuk meraih mayoritas Senat dalam dua tahun ini.
Selama setahun pemerintahan Trump, pengumpulan dana yang dilakukan Republik mencapai sekitar 132 juta dollar AS. "Strategi kami dan ditambah dengan antusiasme terhadap Presiden Trump, membuat posisi kami sangat baik untuk mempertahankan kursi mayoritas di tahun 2018," kata Ronna McDaniel, Ketua RNC saat ini.
Dengan dana 250 juta dollar AS, ini merupakan investasi terbesar yang pernah dikeluarkan komite di masa pemilihan. "Kami membangun pasukan sukarelawan yang akan menjadi kunci operasi di setiap kampanye Republik. Operasi lapangan yang kuat seperti yang kami miliki di sini akan bisa membuat perbedaan," kata Direktur RNC Negara Bagian Nevada, Dan Coats.
Pasca Ryan
Setelah Ketua DPR Paul Ryan (Republik) menyatakan akan mundur pekan lalu, menurut sejumlah sumber dalam pertemuan informal antara Trump dengan para politisi senior Republik, Trump menanyakan kesediaan Kevin McCarthy untuk menjadi pengganti Ryan.
Meskipun McCarthy merasa percaya diri karena didukung Trump, sejumlah kalangan menyebutkan bahwa dukungan Trump bisa menjadi pedang bermata dua. Trump tidak popular di distrik-distrik yang penduduknya masih sering berpindah pilihan. Selain itu, banyak pimpinan Republik yang tidak mau dianggap telah "dibantu"" oleh Trump. Di samping itu, banyak juga para politisi senior Republik yang tak suka Trump mencampuri wilayah kewenangan partai.
"Ini adalah persoalan yang harus diputuskan oleh legislatif, bukan eksekutif," kata anggota DPR Leonard Lance dari New Jersey.
Meskipun memperoleh dukungan dari presiden, McCarthy tidak serta merta bisa menduduki kursi ketua DPR. Pada 2015 upaya McCarthy untuk menggantikan Ketua DPR John Boehner gagal karena ia tak mampu memperoleh suara cukup dari kubu konservatif di Republik.
Pengganti Ryan membutuhkan sedikitnya 218 suara dari Republik, karena seluruh suara Demokrat pasti akan menentangnya. (AP)