Suriah-Rusia Larang Tim Pemeriksa Masuk
DAMASKUS, SENINTim pencari fakta belum kunjung masuk Douma, Suriah. Padahal, tim itu akan mengumpulkan bukti penggunaan senjata kimia oleh Pemerintah Suriah di kota yang baru direbut dari pasukan oposisi tersebut.
Ketua Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) Ahmet Uzumcu sudah menyampaikan taklimat soal penerjunan timnya. Akan tetapi, Suriah dan Rusia, yang membantu pemerintahan Suriah, dinyatakan belum memberi akses ke Douma.
Tim dari OPCW tiba di Suriah sejak Jumat (13/4/2018). Rombongan itu tiba beberapa jam setelah 105 peluru kendali Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis menghantam beberapa lokasi di Suriah. Sejak tiba hingga Senin (16/4), tim yang terdiri dari pemeriksa sejumlah negara tidak kunjung bisa masuk Douma.
Tim itu sedianya akan memeriksa dugaan penggunaan senjata kimia oleh Suriah di Douma. Tudingan penggunaan senjata kimia di Douma dipakai AS untuk membombardir Suriah.
Pencari fakta diterjunkan karena sampai sekarang serangan yang dinyatakan berlangsung pada 7 April 2018 itu belum bisa diverifikasi. Juru bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, menyebut serangan AS, Inggris, dan Perancis melemahkan kerja tim pencari fakta.
Ia juga membantah Rusia melarang tim itu masuk Douma. Malah, Moskwa dinyatakan mendukung penyelidikan yang tidak memihak atas tudingan penggunaan senjata kimia itu. Moskwa menyatakan tidak akan mengganggu kerja tim pencari fakta.
Parlemen marah
Keterlibatan Inggris dan Perancis dalam penyerangan terhadap Suriah tidak hanya diprotes di negara lain. Parlemen Inggris dan Perancis marah karena serangan dilakukan tanpa konsultasi dengan mereka.
Parlemen Inggris amat sensitif dengan isu aksi militer bersama AS. Sebab, negara itu pernah terlibat menyerbu Irak bersama AS. ”Saya percaya parlemen harus melakukan pemungutan suara pada masalah ini. Perdana Menteri Inggris bertanggung jawab pada parlemen, bukan kepada Presiden AS,” kata pimpinan oposisi Inggris, Jeremy Corbyn.
Serangan itu dinyatakan sangat layak dipertanyakan secara hukum. Ia menyerukan pembuatan aturan baru untuk mencegah pemerintah kembali menyerang negara lain tanpa persetujuan parlemen.
Warga Inggris juga berpendapat senada. Hingga 54 persen dari jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei Survation dinyatakan, pemerintah harus mendapat persetujuan parlemen sebelum menyerbu Suriah.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan, serangan itu benar. ”Pantas menyatakan sudah cukup penggunaan senjata kimia,” ujarnya.
Di Perancis, parlemen juga marah kepada Presiden Perancis Emmanuel Macron. Apalagi, Macron menyatakan perintah serangan itu adalah hak prerogatif yang dijamin konstitusi.
Pimpinan oposisi dari kelompok kanan, Marine Le Pen, menyebut Macron gagal membuktikan penggunaan senjata kimia oleh Pemerintah Suriah. Padahal, alasan utama keterlibatan Perancis dalam penyerbuan itu adalah dugaan penggunaan senjata kimia di Douma.
Kecaman juga dilontarkan pimpinan Republikan Perancis, Laurent Wauquiez. Ia tidak percaya itu serangan pembalasan.
Macron berkeras Perancis bertindak sesuai hukum internasional. Ia menyatakan operasi itu sah meski tanpa mandat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Serangan mahal
Trio AS menghabiskan biaya lebih dari 100 juta dollar AS atau Rp 1,3 triliun untuk serangan pada Jumat dini hari itu. Direktur pada Kantor Staf Gabungan AS, Letnan Jenderal Kenneth F McKenzie, menyatakan, total 105 rudal ditembakkan pada serangan itu.
AS menembakkan rudal paling banyak. Dari kapal-kapal perangnya di Laut Tengah, ditembakkan 66 rudal Tomahawk. Sementara dari pesawat pengebom B-1B dilepaskan 19 rudal udara ke darat.
Kementerian Pertahanan AS menyebut jet Tornado dan Typhoon Inggris menembakkan 8 rudal Storm Shadow. Sementara Rafale dan Mirage Perancis menembakkan 9 rudal sejenis. Adapun Perancis menembakkan 3 rudal jelajah dari kapal perangnya di Laut Tengah.
Untuk seluruh rudal yang ditembakkan, AS mengeluarkan 80,3 juta dollar AS. Biaya itu belum termasuk untuk operasional pesawat pengebom dan kapal perang. Untuk setiap jam operasi pesawat pengebom, AS harus mengeluarkan biaya 58.000 dollar AS.
Adapun Perancis dan Inggris menghabiskan 23,7 juta dollar AS untuk rudal-rudal yang mereka tembakkan. Biaya itu belum termasuk dana operasional jet-jet tempur yang menembakkan rudal-rudal itu.
McKenzie menyatakan seluruh rudal menghantam sasaran. Serangan itu disebut tidak menimbulkan korban pada warga sipil.
Ia membantah klaim Rusia soal 71 rudal yang dicegat di langit Suriah. Sistem pertahanan udara Suriah dinyatakan tidak efektif dan terlambat membalas serangan. (AP/AFP/REUTERS/RAZ)