Menjelang pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berada dalam posisi tertekan. Bagaimana tidak, pertemuan tingkat tinggi itu harus menghasilkan solusi untuk dua persoalan, yakni rencana kebijakan perdagangan AS dan isu ancaman nuklir Korea Utara.
Jika ia pulang tanpa hasil, popularitas Abe di dalam negeri bakal kian terpuruk, dan peluang kembali memimpin akan semakin sulit. Posisi Abe di dalam negeri sudah tidak mengenakkan akibat dua skandal yang dituduhkan padanya, yakni korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dan penyalahgunaan dokumen negara.
Dua skandal ini yang, antara lain, menyebabkan tingkat popularitas Abe turun dari 50 persen, November lalu, menjadi 30 persen, satu bulan terakhir. Kedua skandal ini muncul lagi ke publik, Maret lalu, setelah media memunculkan bukti-bukti yang baru.
Isu KKN yang membelit Abe dan istrinya terkait pemberian izin pendirian sekolah kedokteran hewan kepada teman Abe. Pejabat kementerian keuangan mengubah dokumen-dokumen pembelian tanah oleh sekolah itu dengan potongan harga besar. Abe telah membantah ikut campur dalam kesepakatan itu.
Sebelum bertolak ke AS, tak seperti biasanya, Abe berjanji akan menyelesaikan segala persoalan dalam negeri sekembalinya dari AS. "Sebagai kepala pemerintahan, saya berkomitmen menangani semua persoalan untuk mengungkapkan kebenaran dan mencari solusi," kata Abe yang akan bertemu Trump, Selasa, di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS.
Ketika bertemu Trump, Abe dipastikan akan melobi supaya Trump mengubah pikirannya dengan tidak memasukkan Jepang dalam kebijakan AS soal tarif aluminium dan baja.
Isu Korea Utara
Dalam pertemuan itu, Abe juga ingin memastikan Trump tidak membuat kesepakatan dengan Korut yang justru membuat Jepang terancam serangan rudal dan nuklir Korut. Keputusan Trump untuk bertemu Pemimpin Korut Kim Jong Un tanpa berkonsultasi dengan Jepang saja sudah membuat Jepang khawatir. Apalagi, rencana pertemuan itu diumumkan Korea Selatan.
Sejak itu Jepang hanya bisa memantau Korsel dan China dari jauh dengan rasa khawatir mengingat keduanya bisa memengaruhi krisis nuklir Korut.
Pengamat politik dari Universitas Tokyo Yu Uchiyama mengatakan, Abe akan memastikan dirinya dan Trump memiliki pikiran yang sama, dan Jepang tidak ditinggalkan atau disingkirkan dari isu Korut. "Abe berusaha keras mendapat hasil diplomatik agar ia bisa menaikkan dukungan publiknya," ujarnya.
Namun harus diingat, kata Uchiyama, Trump bukan tipe orang yang bisa diperkirakan sikap dan tindakannya. Jika Abe tidak mendapat hasil sesuai dengan yang diharapkan, posisi Abe akan jatuh.
Dalam pertemuan dengan Trump, para pejabat Jepang menyatakan, Abe juga akan membahas Kemitraan Trans Pasifik (TPP) setelah Trump, pekan lalu, mengindikasikan AS tertarik bergabung kembali dalam kelompok yang kini beranggotakan 11 negara itu. Trump memutuskan menarik keikutsertaan AS dari TPP setelah ia dilantik awal 2017.
Adapun bagi Trump, hasil pertemuan dengan Abe akan dimanfaatkan untuk mendapat dukungan politik dalam negeri karena ia pun terjerat kontroversi terkait penyelidikan dugaan kolusi dengan Rusia dalam pilpres 2016.