SEOUL, RABU-Usulan diskusi perdamaian itu diajukan oleh Korea Selatan untuk menjadi salah satu agenda pembicaraan pertemuan pemimpin Korsel dan Korea Utara, pekan depan. ”Kami mempertimbangkan untuk mengubah gencatan senjata menjadi perdamaian. Hal ini tidak bisa dilakukan sepihak, tetapi memerlukan diskusi dengan pihak-pihak yang terlibat, termasuk Korut,” kata pejabat senior Kantor Kepresidenan Korsel, Rabu (18/4/2018).
Dua negara bertetangga itu secara teknis masih berperang karena Perang Korea 1950-1953 berakhir hanya dengan gencatan senjata, bukan dengan pakta perdamaian. Kesepakatan gencatan senjata ditandatangani Amerika Serikat, China, dan Korut, sedangkan Korsel tidak ikut menandatanganinya.
Pakta perdamaian selama ini tidak mudah tercapai karena Korut dan Korsel sama-sama mengklaim Semenanjung Korea. Korut diyakini akan meminta pasukan AS ditarik dari Korsel. Sebaliknya, Korsel dan AS juga akan menuntut Korut memadamkan ambisi nuklirnya.
Selama ini, Korut menuntut pakta perdamaian dilakukan dengan AS karena Pyongyang berpendapat, kedua negara terlibat konflik secara langsung. Di sisi lain, Korsel juga merasa menjadi pihak yang terlibat langsung.
Kini, Korsel-Korut sudah menjalin hubungan lagi dan akan bertemu pada Jumat pekan depan. Pengamat dari Hankuk University of Foreign Studies di Seoul, Park Jae-jeok, mengatakan, usulan mengubah gencatan senjata menjadi pakta damai bukan sesuatu yang baru dan tidak bisa diselesaikan dalam satu kali pertemuan. ”Namun, keduanya bisa menyepakati niat untuk mengakhiri perang dan sama-sama mencari cara berdamai,” ujarnya.
AS jadi penentu
Kesepakatan apa pun yang dicapai Korsel dan Korut tak akan bermakna jika tidak ada ”lampu hijau” dari AS. Kesepakatan itu juga harus memasukkan poin normalisasi hubungan AS-Korut. Maka, pertemuan AS-Korut yang kemungkinan berlangsung akhir Mei atau awal Juni menjadi sangat penting. Ada lima lokasi pertemuan yang disiapkan.
”Ada saja kemungkinan pertemuan itu tidak berjalan mulus atau bahkan batal. Jika itu terjadi, kita tetap akan tegas,” kata Presiden AS Donald Trump.
Presiden AS juga mengonfirmasi bahwa Direktur CIA Mike Pompeo telah bertemu dengan Pemimpin Korut Kim Jong Un di Pyongyang, pada pekan lalu. Konfirmasi disampaikan Trump melalui Twitter setelah The Washington Post, Selasa silam, melaporkan Pompeo, yang akan menjadi Menteri Luar Negeri AS, pergi ke Pyongyang pada awal April.
Terdapat perbedaan waktu pertemuan Pompeo-Jong Un menurut Trump dan menurut The Washington Post. Tidak ada pejabat AS yang menegaskan tanggal persis pertemuan tersebut.
”Mike Pompeo bertemu Kim Jong Un di Korut pekan silam. Pertemuan berlangsung lancar dan relasi yang baik telah terbentuk. Detail pertemuan puncak sedang dikerjakan. Denuklirisasi akan menjadi hal positif buat dunia dan buat Korut,” ujar Trump melalui Twitter.
Pada Selasa silam, Trump juga memulai pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Florida. Trump berjanji akan membicarakan masalah warga Jepang yang diculik Korut dalam pertemuan bilateral AS-Korut mendatang.
Korut mengaku hanya menculik 13 warga Jepang, tetapi Jepang menyatakan ada 17 orang yang diculik dengan lima orang sudah kembali. Selain itu, Korut mengaku ada delapan orang yang meninggal. Sampai saat ini, Jepang masih menyelidiki kasus ini.