RI Tegaskan Kembali Sikapnya soal Dugaan Serangan Kimia di Douma
Oleh
KRIS RAZIANTO MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Tiga duta besar untuk Indonesia, yakni Joseph Donovan (Amerika Serikat), Moazzam Malik (Inggris), dan Jean-Charles Barthonnet (Perancis) menemui Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (19/4/2018). Seperti disampaikan kepada wartawan seusai pertemuan tertutup itu, mereka mengajak Indonesia untuk bergabung dengan AS, Inggris, dan Perancis menekan Pemerintah Suriah terkait dugaan penggunaan senjata kimia.
Seusai pertemuan, Retno tidak memberikan keterangan pers. Juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir mengatakan, Menlu Retno menegaskan kembali pernyataan yang disampaikan pekan lalu terkait situasi di Suriah.
Tiga dubes negara yang menyerang Suriah, Sabtu lalu (AS, Inggris, dan Perancis), mengajak Indonesia menekan Suriah. Indonesia bergeming.
Dalam keterangan tertulis soal situasi di Suriah, Sabtu lalu, Retno menyampaikan enam butir pernyataan sikap Pemerintah Indonesia. "Indonesia menyampaikan kecaman keras penggunaan senjata kimia di Suriah oleh pihak manapun," demikian salah satu butir pernyataan tersebut.
Selain itu, Indonesia mengimbau semua pihak menahan diri dan mencegah eskalasi memburuknya situasi di Suriah. Indonesia juga meminta semua pihak untuk menghormati nilai dan hukum internasional, khususnya piagam PBB mengenai keamanan dan perdamaian internasional.
"Indonesia kembali menekankan pentingnya penyelesaian konflik di Suriah secara komprehensif melalui negosiasi dan cara-cara damai," lanjut pernyataan itu. Keselamatan warga sipil di Suriah, terutama wanita dan anak-anak, harus diprioritas.
Setelah menemui Retno, ketiga duta besar menyampaikan keterangan kepada wartawan di luar gedung. Dubes Inggris Moazzam Malik mengatakan, Indonesia diajak mendesak semua pihak menjalankan konvensi pelarangan senjata kimia. Ajakan itu relevan karena Indonesia akan menjadi anggota Dewan Eksekutif Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Diajak tekan Suriah
"Kami juga ingin Indonesia menekan Suriah dan Rusia memberi akses penuh pada penyelidikan di Douma," ujarnya.
Bersama Perancis, Inggris bolak-balik menuding Suriah dan Rusia, yang menyokong pemerintah Suriah, menghalangi tim penyelidik masuk ke Douma. Inggris, Perancis, dan AS yakin, dua pekan lalu ada serangan senjata kimia di Douma. Zat yang digunakan adalah sarin dan klorin. Rusia dan Suriah juga disebut berusaha menghilangkan bukti penggunaan senjata kimia.
Di Moskwa, Wakil Menlu Rusia Mikhail Bogdanov menegaskan, justru pasukan oposisi yang menghalangi penyelidikan di Douma. Tidak dijelaskan lebih lanjut dasar tudingan itu.
Hingga Kamis, tim OPCW kembali gagal memeriksa Douma. Mereka tiba di Suriah, Sabtu, beberapa jam setelah AS, Inggris, dan Perancis menembakkan 105 peluru kendali ke Suriah.
Dubes AS Joseph Donovan menyebutkan ada bukti penggunaan senjata kimia di Douma, dua pekan lalu, berupa rekaman video, foto, dan rekam medis. Tak dijelaskan, apakah bukti-bukti itu sudah terverifikasi atau belum.
Dubes Perancis Jean-Charles Barthonnet menegaskan, PBB berulang kali gagal menjatuhkan sanksi atas penggunaan senjata kimia oleh Suriah. Sebab, Rusia berulang kali memveto usulan sanksi pada Suriah. "Tidak ada jalan lain bagi kami untuk bertindak dan menargetkan kepada pemerintah Assad yang sudah melanggar garis batas dengan menggunakan senjata kimia pada warganya sendiri. Tindakan ini tidak dapat diterima," tuturnya.(REUTERS)