GENEVA, KAMIS-Keberhasilan pertemuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, hingga mencapai langkah-langkah konkret untuk melucuti nuklir, bergantung pada keampuhan lobi tim AS atau khususnya Trump. Kedua pemimpin diperkirakan bertemu pada Mei atau Juni mendatang.
”Nanti harus sampai membahas langkah konkret dan harus ada aksi tegas Korut,” kata Utusan Khusus AS untuk Konferensi Perlucutan Senjata di PBB Robert Wood, Kamis (19/4/2018).
Momentum pertemuan kedua negara harus dimanfaatkan semaksimal mungkin karena bisa saja hal itu tidak akan terjadi lagi. Untuk itu, Wood kembali mengingatkan kemampuan berunding AS, khususnya Trump, krusial. Meski demikian, ia juga mengakui bahwa hasil apa pun tidak akan bisa tercapai jika hanya pihak AS yang berusaha.
Selain melalui pertemuan bilateral, AS juga akan berusaha membuat Korut menghentikan program nuklir dengan tekanan finansial dan diplomatik. Untuk mendapatkan dukungan dari komunitas internasional, delegasi AS akan melobi berbagai pihak selama penyelenggaraan konferensi Perjanjian Non-proliferasi Nuklir di Geneva, mulai Senin mendatang. Korut menarik diri dari pakta larangan penyebaran senjata atom ini pada 2003.
”Tekanan itu juga bisa berupa sanksi memastikan Korut tidak bisa lagi mendapat uang untuk mengembangkan nuklir dan rudal balistik,” kata Wood.
Tekanan terhadap Korut akan tetap dilakukan AS karena, menurut Trump, meski optimistis, tetap saja ada kemungkinan pertemuan itu gagal atau berjalan tidak sesuai harapan. Namun, sejauh ini, menurut Trump, pertemuan Direktur CIA Mike Pompeo dengan Jong Un berjalan mulus pada beberapa minggu lalu. ”Kalau pertemuan tidak berjalan sesuai harapan, kita akan pergi dari situ,” kata Trump.
Pakta perdamaian
Seusai bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Florida, Trump juga berharap pertemuan AS-Korut akan bisa membuka jalan perdamaian Korea Selatan dan Korut. Trump menjamin, jika Korut mau meninggalkan program nuklirnya, terbuka jalan yang terang bagi Korut. ”Hanya jika mereka mau sepenuhnya menghentikan program nuklir,” ujarnya.
Presiden Korsel Moon Jae-in memastikan Korut menunjukkan keinginan untuk menghentikan nuklirnya. Menurut dia, sebagai imbal baliknya, Korut hanya ingin semua tindakan dan sikap permusuhan pada negara itu dihentikan.
Moon melihat ada peluang untuk mengakhiri Perang Korea (1950-1953) dengan pakta perdamaian yang permanen. Peluang pakta perdamaian akan diusahakan Korsel dalam pertemuan puncak dengan Korut, 27 April 2018. Perang Korea berakhir sementara dengan kesepakatan gencatan senjata. Korsel, sejak lama, berupaya kesepakatan gencatan senjata ini ditingkatkan menjadi pakta perdamaian.
Di Jakarta, Duta Besar Korsel untuk RI Kim Chang-beom menyatakan kepada sejumlah wartawan Indonesia, pertemuan puncak Korsel-Korut diharapkan setidaknya meletakkan dasar kokoh bagi diskusi-diskusi serius untuk membahas penyusunan kerangka pakta perdamaian permanen yang mengakhiri secara resmi Perang Korea.(REUTERS/AFP/AP/ATO/LUK)