BIREUEN, KOMPAS - Sebanyak 76 warga Rohingya terdampar di Pantai Kuala Raja, Kecamatan Kuala, Kabupaten Bireuen, Aceh. Kepala Dinas Sosial Aceh Alhudri mengatakan, kapal kayu yang mereka tumpangi terdampar di perairan Bireuen, Jumat (20/4/2018). Oleh nelayan setempat, kapal itu kemudian ditarik ke pantai. Pada pukul 14.00, para migran itu berhasil dievakuasi.
Migran Rohingya itu terdiri dari 25 perempuan, 43 laki-laki, dan 8 anak-anak. Sebanyak tujuh orang migran sakit karena kekurangan makan. Mereka kemudian dirawat oleh tenaga medis setempat. ”Saat ini sedang dilakukan pendataan. Para pihak akan mengadakan rapat untuk menentukan langkah selanjutnya,” kata Alhudri.
Untuk sementara, migran Rohingya itu ditampung di Sanggar Kegiatan Belajar Cot Gapu, Bireuen. Relawan Tagana mendirikan dapur umum. Tenaga medis juga telah dikirimkan untuk memeriksa kesehatan para pengungsi. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh Teuku Ahmad Dadek mengatakan, migran tersebut hendak menuju ke Australia.
Tahun 2015, sekitar 1.000 migran Rohingya mendarat di Aceh. Mereka nekat keluar dari negaranya untuk menyelamatkan diri dari persekusi di Myanmar dan buruknya situasi kamp pengungsian di Bangladesh. Situasi ketidakpastian dan belum jelasnya program repatriasi membuat warga Rohingya di pengungsian nekat mengambil jalan pintas.
Kamis lalu, polisi India menangkap 18 warga Rohingya di Distrik Khowai, Negara Bagian Tripura. Mereka hendak menuju New Delhi. Dari Bangladesh, mereka masuk India secara ilegal. Seorang perwira polisi India, Krishnendu Chakravertty, mengatakan, mereka melarikan dari Chittagong di Bangladesh untuk mencari pekerjaan di New Delhi. Diperkirakan, ada lebih dari 40.000 migran Rohingya tinggal di beberapa wilayah di India, seperti Hyderabad, Uttar Pradesh, dan New Delhi. Hanya sekitar 15.000 di antaranya terdaftar sebagai pengungsi pada Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi.(AP/AFP/REUTERS/AIN/JOS)