KUALA LUMPUR, JUMAT - Mantan Ibu Negara Siti Hasmah Mohamad Ali (91) mendukung suaminya untuk maju dalam pemilihan umum. Dia meminta para perempuan yang memiliki hak pilih untuk menggunakan suara mereka. Hal itu dia sampaikan dalam jumpa pers, Jumat (20/4/2018).
Kemunculan istri Mahathir Mohamad ini cukup menarik perhatian. Siti Hasmah mengungkapkan, pada awalnya dia tak setuju suaminya aktif lagi dalam politik. ”Saya ingin menyampaikan kepada kalian, hati saya mendua karena kami sudah tidak lagi muda,” kata Siti.
Siti Hasmah mengungkapkan, dirinya sempat mempertanyakan keputusan Mahathir, apakah memang benar-benar ingin menjadi PM. ”Ia mengatakan kepada saya dengan sungguh-sungguh, hal ini merupakan tugas untuk negara dan rakyat dan menjadi perdana menteri ketujuh jika mereka menghendaki hal ini,” katanya.
Kehadiran Mahathir Mohamad menantang PM Najib Razak (64) meramaikan politik Malaysia. Mantan PM yang kini berusia 92 tahun itu menuduh Najib sangat korup. Mahathir yang pernah 22 tahun memimpin pun tergerak kembali masuk gelanggang.
Siti Hasmah, yang selama ini cenderung tampil bersama suaminya, dalam jumpa pers tampil sendiri didampingi oleh Wan Azizah, istri Anwar Ibrahim. Dia meminta para perempuan mendatangi tempat-tempat pemungutan suara. Dari 14,9 juta orang yang berhak memilih, hampir separuh adalah perempuan. Siti Hasmah dan Wan Azizah meminta para perempuan Malaysia memberikan dukungan kepada koalisi oposisi.
Perempuan, katanya, bisa menjadi penentu dalam pemilu. ”Jika Anda tanya kelompok mana yang mampu menjadi kingmaker atau mengapa bukan queenmaker dalam pemilu ke-14, kami yakin jawabannya adalah perempuan,” ucap Siti Hasmah dan Wan Azizah.
Dalam pernyataan bersama, mereka mengatakan, ”Kami mendesak para ibu yang mencintai keluarganya dan masa depan negeri ini untuk memberikan suara pada 9 Mei. Pilih yang terbaik untuk masa depan keluarga dan negara kita,” Siti Hasmah.
Ia pun menegaskan pentingnya kehadiran pemilih di TPS dan juga pada kampanye publik. Hal ini akan meyakinkan bahwa rakyat ingin mengubah pemerintah. ”Kalau takdir dan Allah menghendaki, dia akan melakukan tugasnya dan saya adalah orang pertama yang mendukungnya. Saya akan berkorban lagi untuk dia,” kata Siti Hasmah tegas.
Mahathir dan Anwar, yang pernah pecah, kembali bersatu untuk menggulingkan Najib. Kendati banyak analis mengatakan posisi Najib berada di atas para penantangnya, dukungan terhadap koalisi pemerintah menurun pada dua pemilu terakhir. Tahun 2008 front nasional yang dipimpin Najib kehilangan dua pertiga mayoritas parlemen. Berikutnya pada tahun 2013, ia kehilangan suara pemilih tradisional dengan jumlah suara terendah sepanjang sejarah. Ketika itu, Najib menyebutnya sebagai ”tsunami China”. Saat ini, kekuatan Najib dan koalisinya sebesar 132 dari 222 kursi yang ada di parlemen.
Mahathir mengatakan, oposisi tidak membutuhkan semua suara pendukung pemerintah. ”Mungkin kami perlu 30 persen dari mereka untuk berubah. Itu saja sudah cukup untuk menang,” katanya. (AP/RET)