KAIRO, KOMPAS - Penduduk Distrik Al Khuzama dan sekitarnya di kota Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (21/4/2018), sekitar pukul 19.50 waktu setempat, sempat panik. Mereka dikejutkan suara rentetan tembakan di sekitar istana raja Al Auja, yang merupakan salah satu istana Raja Salman bin Abdelaziz di Riyadh. Istana itu sering dipilih Raja Salman menjadi tempat menyambut tamu-tamu raja, khususnya para pemimpin Arab.
Menyikapi kepanikan itu, otoritas Arab Saudi segera memberikan penjelasan melalui siaran televisi pemerintah. Mereka mengatakan, aparat keamanan berhasil menembak jatuh sebuah drone mainan yang terbang tanpa izin di sekitar istana Al Auja.
Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Abdelaziz bin Saud bin Naif menegaskan akan membuat regulasi baru tentang penggunaan drone. Menurut dia, drone yang terbang di sekitar istana Al Auja terbang tanpa izin. Aparat keamanan segera menembak jatuh pesawat itu.
Namun, Pangeran Abdelaziz tak menjelaskan siapa yang menerbangkan drone itu dan dari mana pesawat itu diterbangkan. Ia tidak menjelaskan mengapa drone mainan bisa terbang di sekitar istana Al Auja. Ia berjanji akan segera menyelidikinya.
Simpang siur
Sebelum Pangeran Abdelaziz tampil di televisi menjelaskan peristiwa itu, kepanikan dan ketidakpastian situasi di kota Riyadh sempat terjadi lantaran otoritas Arab Saudi tidak cepat memberikan penjelasan tentang adanya rentetan tembakan masif di sekitar istana raja Al Auja itu.
Penduduk kota Riyadh dan juga di seantero Arab Saudi sempat dihinggapi kecemasan karena cepatnya beredar penggalan foto di media sosial yang menggambarkan adanya rentetan tembakan masif di sekitar istana Raja Salman itu. Mereka sangat penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Apalagi sempat beredar berita Raja Salman diungsikan ke pangkalan udara militer dekat kota Riyadh. Beredar pula berita bahwa Raja Salman tidak berada di istana Al Auja, tetapi sedang berada di kompleks pertaniannya di Diriyah, dekat kota Riyadh.
Peristiwa itu sempat dikaitkan dengan kebijakan revolusioner Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman di bidang ekonomi, sosial, dan budaya dalam konteks pelaksanaan visi 2030. Disinyalir sejumlah pangeran merasa gerah terhadap fenomena hegemoni Mohammed.
Tanda tanya
Pakar militer dan strategi asal Lebanon, Khisham Jaber, kepada stasiun televisi Al Jazeera, mengatakan, meski otoritas Arab Saudi sudah menyampaikan penjelasan tentang peristiwa pesawat drone itu, tetap saja hal itu masih menyimpan tanda tanya.
”Otoritas Arab Saudi harus segera menjelaskan siapa yang memiliki drone itu dan mengapa terbang di atas istana raja yang sangat sensitif itu. Pesawat drone tersebut diberitakan membawa kamera yang jelas punya misi memotret kawasan istana,” lanjut Jaber.
Menurut Jaber, Arab Saudi punya musuh regional, yaitu Iran, yang dikenal memiliki teknologi drone cukup canggih. Ia menyebut, tidak menutup kemungkinan Iran dan loyalisnya, seperti kelompok Al Houthi di Yaman dan oposisi Arab Saudi, berada di balik peristiwa itu.
Sebelumnya, pada 10 Februari, Iran berhasil mengirim drone ke Israel dari wilayah Suriah. Namun, Israel berhasil menembak jatuh drone itu.
Salah seorang tokoh oposisi Arab Saudi, Saad Al Fakih, kepada stasiun televisi Al Jazeera, juga mengatakan, mereka yang mengirim pesawat itu pasti bukan orang sembarangan, melainkan orang punya dana dan bisa dari kalangan keluarga Ibnu Saud yang berkuasa. Karena itu, peristiwa pesawat drone itu adalah refleksi dari konflik internal keluarga Ibnu Saud yang berkuasa.