ASUNCION, MINGGU - Mario Abdo Benitez, yang merupakan anak pembantu dekat mantan diktaktor Paraguay, Alfredo Stroessner, dipastikan terpilih menjadi presiden negeri itu. Dicalonkan oleh Partai Colorado sebagai partai berkuasa, Benitez meraih sekitar 46,5 persen suara pemilih.
Hingga Minggu (22/4/2018) malam, sekitar 96 persen dari total 21.000 tempat pemungutan suara menyelesaikan penghitungan suara. Benitez unggul atas Efrain Alegre dari Partai Otentik Radikal Liberal yang memperoleh suara sekitar 42,7 persen. Delapan kandidat presiden lainnya hanya mampu berbagi suara tersisa. Bersamaan dengan pemilihan presiden, dilakukan juga pemilihan anggota kongres dan 17 gubernur.
Benitez dan Alegre adalah dua kandidat presiden konservatif yang selisih perolehan suara mereka dari hasil pemilu kali ini lebih rapat, paling tidak dibandingkan dengan survei sebelum pemilihan. Terkait penghitungan sementara itu, Alegre menyatakan belum dapat menerima. Ia menunggu data penghitungan resmi dari panitia pemilih.
Alegre diketahui juga kalah pada pemilihan presiden periode sebelumnya. Kala itu, ia juga meraih suara kedua terbanyak, di bawah perolehan suara presiden terpilih. Panitia pemilih pada pemilihan presiden kali ini telah menyatakan bahwa tidak ada suara tersisa yang signifikan yang dapat mengubah hasil pemilihan. Presiden terpilih akan mulai memangku jabatannya pada 15 Agustus 2018.
Benitez, atau biasa dipanggil Abdo (46 tahun), adalah pakar di bidang pemasaran. Dalam kampanyenya, ia menjanjikan berlanjutnya kebijakan-kebijakan yang ramah dalam bidang perbisnisan, sebagaimana telah dilakukan Presiden Horacio Cartes. Ia pun berupaya mematahkan ketakutan-ketakutan akan kembalinya masa pemerintahan tangan besi ala diktator Stroessner yang berkuasa di Paraguay dari tahun 1954 hingga 1989. Sumber kekhawatiran warga tidak lain adalah kenyataan bahwa ayah Benitez adalah mantan pembantu dekat Stroessner.
Setelah hasil penghitungan suara menunjukkan keunggulan dirinya, Benitez kembali menegaskan komitmennya untuk menjadi seorang manajer yang baik di pemerintahan.
”Kita membuat sebuah proyek pemilihan dengan sebuah dialog rekonsiliasi dan kata maaf di antara seluruh rakyat Paraguay,” katanya.
Sama dengan Alegre, Benitez juga berjanji menarik lebih banyak investasi asing. Hal itu dinilainya penting untuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Meski menjadi salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di kawasan, Paraguay masih didera tingkat kemiskinan yang relatif tinggi. Negeri itu juga masih berjuang untuk mengurangi tingkat ketimpangan yang ekstrem hingga korupsi yang parah. Sebagai seorang konservatif, Benitez juga mengkritik pendidikan seksual dan tidak setuju dengan hak untuk menggugurkan kandungan.
Partai Colorado sendiri telah memimpin Paraguay sejak pertengahan abad ke-20. Praktis, selama partai itu berkuasa, hanya sebagian kecil di antaranya terjadi pergantian partai penguasa. Berbatasan dengan Argentina, Bolivia, dan Brasil, Paraguay dihuni tujuh juta penduduk.
Panitia pemilihan presiden Paraguay menyatakan, selama masa kampanye hingga pencoblosan, tidak ada gangguan berarti. Semua proses juga relatif berjalan tertib. Pada hari pencoblosan dilaporkan adanya seorang perempuan yang memukul pundak Benitez di tempat dirinya menggunakan hak pilih. Perempuan tersebut langsung ditahan oleh pihak kepolisian.(AP/AFP/BEN)