DUBAI, SENIN -Kelompok Houthi di Yaman, Senin (23/4/2018), menuduh koalisi pimpinan Arab Saudi menjadi penyebab tewasnya Saleh al-Sammad. Tokoh politik Houthi itu tewas dalam serangan udara pekan lalu. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres turut mengecam aksi yang menewaskan sedikitnya 33 orang dan melukai 50 lainnya itu.
Saleh al-Sammad menjadi figur tertinggi dari kelompok Houthi yang tewas dalam konflik di Yaman. Ia masuk dalam daftar 40 petinggi Houthi paling dicari oleh koalisi pimpinan Arab Saudi. Kantor berita Saba memberitakan Saleh al-Sammad tewas pada hari Kamis (19/4) di Provinsi Hodeida.
”Kejahatan ini tidak akan pernah menemui jawabannya,” kata pemimpin tertinggi Houthi, Abdul Malek al-Huthi, dalam sebuah pernyataannya. Ia menambahkan, Sammad tewas bersama enam orang lainnya.
Berita tewasnya Sammad tersebar setelah sejumlah pejabat di Yaman menyatakan belasan warga terbunuh dan puluhan lainnya menderita luka-luka dalam sebuah serangan udara yang menghantam sebuah pesta perkawinan. Serangan udara yang menyasar upacara perkawinan telah terjadi beberapa kali. Dalam konflik tiga tahun terakhir di Yaman, diperkirakan korban tewas telah mencapai 10.000 orang.
Sejumlah pejabat Yaman menyatakan serangan udara itu berlangsung dua kali. Kondisi pasca- serangan sangat mengerikan. Banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan yang hancur akibat dihantam bom.
Sepeninggal Sammad, Houthi menunjuk Mehdi Hussein al-Mashat untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Sammad.
Lembaga kemanusiaan, Dokter Tanpa Batas (MSF), melalui Twitter, mengatakan, rumah sakit di Hodeida menerima 65 pasien yang menjadi korban serangan. Di antara para korban, terdapat 13 anak-anak. MSF mengatakan, serangan tersebut merupakan serangan paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir, terutama di kawasan itu.
Mendesak
Sekjen PBB Antonio Guterres mengecam keras serangan itu. Ia juga mengingatkan semua pihak wajib mematuhi hukum internasional, terutama dalam hal wajib melindungi warga dan infrastruktur selama konflik bersenjata berlangsung.
Gutteres juga mendesak segera dilakukannya penyelidikan atas aksi itu. Penyelidikan itu sepatutnya dilakukan secara tepat, efektif, dan transparan.
PBB juga ingin menggelar kembali perundingan politik untuk mengakhiri konflik di Yaman. Tahun lalu, Guterres memasukkan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dalam daftar hitam pelanggar hak-hak anak. Hal itu terkait langsung dengan aktivitas mereka yang diduga kuat telah menyebabkan terbunuhnya banyak anak-anak di Yaman.
Juru bicara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, KolonelTurki al-Malki, mengaku pihaknya terus mengikuti laporan-laporan media tentang serangan udara itu dan akibat-akibatnya. Dia mengatakan akan menyelidiki tuduhan yang diarahkan kepada pihaknya.
Pihak koalisi mengatakan, pada awal pekan ini, pihaknya telah menembak jatuh dua rudal balistik, yang ditembakkan oleh kelompok pemberontak Houthi. Rudal itu, menurut koalisi, ditujukan pada sebuah fasilitas milik perusahaan minyak Saudi, Aramco, yang berada di kota Jizan, di bagian selatan Saudi. Pihak Saudi menyatakan tidak ada kerusakan dan korban jiwa dalam serangan yang berhasil digagalkan itu.
Di sisi lain, Iran, yang dituduh menjadi penyuplai senjata untuk kelompok Houthi, juga turut mengecam serangan mematikan di Yaman itu. Dikatakan bahwa pasukan koalisi cenderung gelap mata dalam aksi-aksi mereka.
”Pengeboman yang meningkat di kawasan hunian warga membuktikan rasa putus asa dan ketidakmampuan dari para penyerang untuk mencapai tujuan-tujuan mereka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi.