KUALA LUMPUR, KOMPAS - Keluarga Fadi Mohammad al-Batsh menerbangkan jenazah warga Palestina itu ke kampung halamannya di Palestina Rabu (25/4). Mereka berharap pemerintah Malaysia segera menangkap pembunuh pria yang disebut anggota Hamas ini.
Pada Rabu siang, jenazah al-Batsh diusung beramai-ramai oleh kerabat dan kenalannya di kawasan Setapak, daerah di pinggiran Kuala Lumpur. Selain pria-pria berwajah Timur Tengah, anggota rombongan yang mengangkat peti jenazah itu juga terdiri dari orang yang berwajah Afrika dan Melayu.
Sampai Rabu, lubang-lubang bekas peluru masih terlihat di pagar rumah susun. Lokasi penembakan al-Batsh didatangi banyak orang selepas shalat jenazah. Sebagian dari mereka membawa poster al-Batsh.
Selepas disemayamkan, jenazah al-Batsh dibawa ke bandara untuk diterbangkan ke Mesir. Keluarga lalu akan menempuh perjalanan darat ke Palestina. ”Kami akan memakamkannya di kampung halaman, tanah yang dicintainya,” ujar Rami al-Batsh, kakak Fadi yang datang dari Jerman.
Kami akan memakamkannya di kampung halaman, tanah yang dicintainya.
Istri mendiang Fadi, Enas al-Batsh, tidak banyak berbicara. Ia hanya menyatakan akan terus menghidupkan cita-cita suaminya.
Keluarga al-Batsh tinggal di kawasan Medan Idaman selama tujuh tahun. Mendiang diketahui kerap bepergian ke berbagai negara. Selain sebagai pengajar teknik, ia kerap membahas isu Palestina di banyak negara.
Sita sepeda motor
Kepolisian Malaysia dalam maklumatnya, Rabu siang, menyebut ada dua kemajuan dalam penyelidikan kasus itu. Pertama, polisi menyita sepeda motor yang diduga digunakan para pelaku. Sepeda motor ditemukan dua kilometer dari lokasi kejadian.
Polisi mendapat informasi tentang sepeda motor besar yang ditinggalkan sejak beberapa hari lalu. Kendaraan sebagus itu lazimnya dirawat dan tidak dibiarkan selama berhari-hari.
Kemajuan kedua adalah polisi menyebarkan foto salah satu pria yang diduga menembak al-Batsh. Sebelumnya, polisi menyebarkan sketsa. Kini, polisi sudah menyebarkan foto yang telah diidentifikasi para saksi.
Polisi mendapat informasi tentang sepeda motor besar yang ditinggalkan sejak beberapa hari lalu.
Foto dan sketsa dipasang di berbagai pintu keluar resmi Malaysia yang terdiri dari jalur darat, laut, dan udara. Jalur darat menghubungkan Malaysia dengan Singapura dan Thailand. Adapun jalur laut menghubungkan Malaysia dengan Kepulauan Riau serta beberapa provinsi di Sumatera.
Polis Di Raja Malaysia (PDRM) mencocokkan keterangan saksi dengan foto yang didapat dari pusat data orang asing. Penyidik menduga para pelaku sudah berada di Malaysia setidaknya sejak Januari 2018. Akan tetapi, para pelaku diduga tidak menggunakan identitas asli kala memasuki Malaysia. "Mereka diduga belum meninggalkan Malaysia," kata Kepala PDRM M Fuzi Harun.
Ia menyatakan, berdasarkan keterangan para saksi, pelaku diduga terlatih menggunakan senjata api. Meskipun demikian, ia tidak mau menyebut apakah pelaku merupakan agen pihak asing. "Penyelidikan masih berlangsung. Para pelaku sangat terlatih dan melakukan pekerjaan secara profesional," ujarnya.
Sebelum menembaki al-Batsh, pelaku diketahui menunggu selama 20 menit.
Mereka terekam di kamera pengawas rumah susun dan sekolah di depan rumah susun. Kala itu, mereka memakai helm yang menutupi seluruh wajah dan mengendarai sepeda motor bermesin lebih dari 250cc.
Sepeda motor yang diduga dikendarai mereka sudah ditemukan dan tengah diperiksa polisi. Senjata yang dipakai untuk menembaki al-Batsh belum didapat sampai sekarang.