KUALA LUMPUR, KOMPAS - Warga Malaysia mengharapkan hasil pemilu 9 Mei 2018 membawa perbaikan pada kehidupan mereka. Warga kini terutama mengeluhkan kenaikan harga aneka barang kebutuhan.
Harapan itu dikemukan sejumlah warga, Rabu (25/4), di Kuala Lumpur, Selangor, dan Negeri Sembilan. ”Semua naik, kata orang karena (penerapan) cukai baru. Saya tidak pasti, karena aturan cukai tidak sampai 10 persen, tetapi harga naik banyak,” kata Azwan Noor, warga Bandar Baru, Negeri Sembilan.
Menurut dia, pemerintah memberikan uang tunai lewat program BR1M atau Bantuan Rakyat 1 Malaysia. Namun, jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang harganya naik. ”Kami berharap selepas pemilu, politisi benar-benar mewujudkan janji memperbaiki kehidupan rakyat,” ucap Noor.
Kami berharap selepas pemilu, politisi benar-benar mewujudkan janji memperbaiki kehidupan rakyat.
Perbaikan diharapkan dilakukan secara struktural dan memberi manfaat jangka panjang. Bagi warga, lebih baik mendapatkan subsidi lewat penurunan biaya pendidikan, kesehatan, dan tarif listrik dibandingkan subsidi tunai. ”Tidak banyak warga sabar mengelola keuangan. Terima BR1M, langsung dipakai belanja ini-itu. Mau bagaimana lagi, selama ini tak punya uang,” ujar Azlan Ishak, warga Selangor.
Noor Azis, pemuda asal Trengganu, berharap bisa tersedia lebih banyak lapangan pekerjaan. Selepas kuliah tahun lalu, ia memutuskan tetap tinggal di Kuala Lumpur. ”Di sini masih bisa kerja apa saja dan mendapatkan uang, walau tidak sesuai dengan pendidikan saya. Di Trengganu, lebih susah lagi bekerja,” paparnya.
Pemuda itu menyatakan tidak akan memilih calon anggota parlemen dari Barisan Nasional (BN), koalisi pemerintah sejak Malaysia merdeka. Menurut dia, BN sudah mendapat cukup kesempatan untuk mengelola Malaysia. ”Hari-hari belakang ini makin teruk (sulit),” ujarnya.
Mengenal calon
Adapun Kumar, warga Pahang yang tinggal di Negeri Sembilan, memastikan akan tetap memilih calon anggota parlemen dari BN. Alasannya, ia mengenal beberapa orang yang akan dicalonkan sebagai wakil dari daerah tempat tinggalnya. ”Saya sudah mengetahui kerja mereka. Tidak mau coba-coba lagi,” ungkapnya.
Ia menyebut rekan-rekannya di perkotaan mempertimbangkan calon selain dari BN, sedangkan kenalannya di pedesaan tetap setiap pada BN. ”Selama ini (mereka) sudah bekerja baik. Ada kurang-kurang sedikit tak apa-apa. Mengurus kerajaan tetap jaya bukan pekerjaan mudah,” ujar Kumar.
Saya sudah mengetahui kerja mereka. Tidak mau coba-coba lagi.
Alat peraga kampanye telah terpasang di berbagai tempat. Di pinggiran Kuala Lumpur, banyak bendera dan umbul-umbul dipasang. Masing-masing kubu juga mendirikan posko.
Di Gombak, posko BN dan Pakatan Harapan saling berhadapan. Kelompok koalisi lainnya, Harapan, tidak mendirikan posko di tempat itu. Hanya ada beberapa bendera dan umbul-umbul milik Harapan.
Di pusat Kuala Lumpur, alat kampanye lebih banyak berupa videotron. Di berbagai pusat keramaian, videotron menampilkan hasil kerja BN. Di Putrajaya, pusat pemerintahan Malaysia, bendera BN dan Harapan berkibar di banyak tempat, sedangkan bendera Pakatan Harapan nyaris tak terlihat. Kampanye juga berlangsung di media massa. Sejumlah koran secara terbuka mendukung salah satu koalisi dan menyerang kelompok lain.
Dalam pemilu 9 Mei, PM Najib Razak dari BN berhadapan dengan mantan PM malaysia Mahathir Muhammad yang diusung oleh Pakatan Harapan. Suara pemilih Melayu di perdesaan berperan penting. Lebih dari separuh daerah pemilihan (dapil) didominasi mereka.