WASHINGTON, SENIN - Penyidik khusus yang menangani dugaan kolusi Amerika Serikat-Rusia dalam pemilihan presiden melayangkan lebih dari 40 pertanyaan kepada pihak Presiden Donald Trump. Pertanyaan penting adalah apakah Trump pernah berupaya menghalangi penyidikan.
Hal ini terungkap dari bocoran yang dimuat harian The New York Times, Senin(30/4). Tim yang dipimpin Robert Mueller juga ingin menggali sejauh mana Trump mengetahui keterlibatan tim kampanyenya dalam pertemuan-pertemuan dengan pihak Rusia, termasuk pertemuan pada bulan Juni 2016 di Trump Tower. Dalam pertemuan itu, menurut New York Times, pengacara Rusia menawarkan informasi tentang keburukan Hillary Clinton.
Penyidikan kasus dugaan persekongkolan Trump dengan Rusia yang sudah bergulir lebih dari setahun, dan belum berakhir kendati Trump sudah menjadi presiden. Trump menyangkal sejumlah bukti yang menunjukkan tim kampanyenya berkomunikasi dan bertemu dengan pihak Rusia pada masa kampanye. Penasihat keamanannya, Michael Flynn, mengundurkan diri setelah ketahuan memberi informasi bohong tentang pertemuan itu.
Di tengah penyidikan, Trump tahun lalu tiba-tiba memecat Direktur Biro Penyidik Federal (FBI) James Comey. Spekulasi yang berkembang menyebutkan, pemecatan dilakukan karena Comey tidak bersedia menghentikan penyidikan. Ketika itu Comey merupakan ketua penyidik.
Bukan target
Kendati tim yang dikepalai Mueller mengindikasikan bahwa Trump bukan merupakan target, para penyidik tetap tertarik untuk mengetahui apakah tindakan-tindakan Trump menghalangi pengadilan. Tim ingin meminta keterangan Trump tentang sejumlah hal yang terjadi setelah Trump menjadi presiden seperti apa upaya yang sudah dibuat agar Flynn mendapat imunitas atau kemungkinan pengampunan?
Masih menyangkut mantan kepala keamanan, penyidik menanyakan tentang sejauh mana Trump tahu tentang telepon Flynn dengan Duta Besar Rusia Sergey Kislyak, pada akhir Desember 2016.
Lebih lanjut NYT memuat salah satu pertanyaan tentang upaya Trump menghalangi penyidikan, yaitu bagaimana reaksi Trump saat Jaksa Agung Jeff Sessions menarik diri dari penyidikan kasus persekongkolan Rusia. Kabarnya ketika Sessions mengambil keputusan tersebut Trump marah.
Meskipun pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan tidak bersifat tuduhan, pertanyaanpertanyaan tersebut tetap bisa membawa risiko bagi Trump. Apalagi jika ia terjebak dan jawabannya tidak sesuai dengan keterangan yang sudah disampaikan oleh staf kampanyenya. Tim Mueller sudah memasukkan 22 nama sebagai tersangka, di antaranya mantan manajer kampanye Paul Manafort.
Dari pertanyaan yang sudah dikirimkan, penyidik ingin mengetahui apakah Trump dan tim kampenyenya membicarakan rencana pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pertanyaan lainnya menyangkut soal menantunya, Jared Kushner, yang disebut-sebut pernah berupaya membuat hubungan dengan Rusia sebelum pelantikan.
Para pengacara Trump ingin segera menyelesaikan investigasi secepatnya, tetapi belum ada kesepakatan bagaimana caranya.