BEIJING, SELASA -- Republik Dominika dan China, Selasa (1/5), mengumumkan, kedua negara tersebut kini membangun hubungan diplomatik. Dalam waktu bersamaan, Republik Dominika mengakhiri hubungan dengan Taiwan yang telah berlangsung 77 tahun.
Dalam pernyataan resmi, Republik Dominika meyakini, beralihnya hubungan dari Taiwan ke China akan "sangat positif bagi masa depan negara kami". "Republik Dominika mengakui bahwa hanya ada satu China di dunia, dan Taiwan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari wilayah China," demikian isi pernyataan tersebut.
Keputusan Republik Dominika menjadi kemunduran bagi Taiwan di kawasan Karibia dan Amerika Latin. Tahun lalu, Panama juga memutus hubungan dengan Taiwan dan menjalin relasi dengan China.
Kini Taiwan hanya memiliki hubungan diplomatik dengan 19 negara, yakni 10 negara di Amerika Latin dan Karibia, dua negara di Afrika, enam negara kecil kepulauan di Pasifik, dan Vatikan.
"Ini pendekatan tak bersahabat dan destruktif bagi hubungan lintas-selat," kata Tsai Ing-wen, Presiden Taiwan, merujuk pada tindakan China. "Langkah-langkah ini akan menyebabkan rakyat Taiwan kecewa dan meningkatkan variabel-variabel dalam hubungan antar-selat."
Beijing terus meningkatkan tekanan pada Tsai, politisi dari Partai Progresif Demokrat yang menginginkan hubungan stabil dengan China, tetapi tidak mau mendukung prinsip "Satu China". Sejumlah analis berpandangan, Presiden China Xi Jinping tampak bertekad kuat untuk membawa Taiwan di bawah kontrol Beijing pada masa kepemimpinannya.
Diplomasi dollar
Taiwan mengritik pendekatan China pada Republik Dominika dengan sebutan "diplomasi dollar". Seorang pejabat Taiwan menyebutkan, China merangkul Republik Dominika sebagai sekutunya lewat paket bantuan investasi dan pinjaman sebesar 3,1 miliar dollar AS (Rp 43,3 triliun).
Paket bantuan itu termasuk 400 juta dollar AS (Rp 5,5 triliun) untuk pembangunan jalan bebas hambatan; 1,6 milyar dollar AS (Rp 22,3 triliun) untuk infrastruktur dan 300 juta dollar AS (Rp 4,1 triliun) untuk pembangkit listrik gas alam.
Beijing mengumumkan, Selasa, China akan bertukar duta besar dengan Republik Dominika sesegera mungkin. "Keputusan penting dan tepat oleh Republik Dominika benar-benar sesuai dengan kepentingan dasar negara dan rakyatnya," kata Wang Yi, Menlu dan Penasihat Negara China.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan, Taiwan "sangat menyesalkan hubungan Republik Dominika dan China yang terjalin pada 1 Mei".
Wu menyatakan, Kementerian Luar Negeri Taiwan "sangat mengecam keras keputusan China yang menggunakan diplomasi dollar untuk merebut sekutu diplomatik Taiwan" dan menuduh Beijing gagal memenuhi janjinya kepada negara-negara yang telah direbutnya.
Kementerian Luar Negeri Taiwan telah memanggil Duta Besar Taiwan untuk Republik Dominika untuk menyampaikan protes dan akan menutup kantor kedutaannya di negara tersebut. Dalam email Kementerian Luar Negeri Taiwan kepada Kompas, disebutkan bahwa Taiwan pun mengumumkan penghentian hubungan dengan Republik Dominika sesegera mungkin, termasuk penghentian semua proyek kerja sama dan bantuan.
Sejak 1941 terjalin hubungan diplomatik, Taiwan dan Republik Dominika telah melakukan kerja sama yang membuahkan hasil. Di antara proyek-proyek yang berhasil, salah satunya adalah meningkatkan produksi beras yang menyebabkan Republik Dominika menjadi pengekspor tanaman pokok ini.
Juga membangun Silicon Valley Karibia: Santo Domingo Cyber Park, membangun pusat tanggap darurat untuk meningkatkan hukum dan ketertiban, meningkatkan pariwisata, membangun pusat perawatan bagi anak-anak yang kurang beruntung. Semua proyek ini dinikmati dan didukung rakyat Republik Dominika.
"Presiden Danilo Medina dari Republik Dominika telah mengabaikan kemitraan jangka panjang kami, keinginan rakyat Republik Dominika, dan bertahun-tahun bantuan pembangunan dari Taiwan hanya demi janji palsu investasi dan bantuan dari China," kata Wu. (AFP/AP/REUTERS)