BEIJING, KAMIS - Komitmen Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada perlucutan nuklir tetap tidak berubah. Penegasan itu kembali disampaikan ketika bertemu Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Bagi Jong Un, perubahan situasi ke arah yang positif di Semenanjung Korea akhir-akhir ini menguntungkan karena membuka jalan ke arah resolusi perdamaian.
”Perlucutan nuklir Semenanjung Korea itu sikap Korut yang tidak akan berubah,” sebut pernyataan tertulis dari Kementerian Luar Negeri China, Kamis (3/5/2018).
China merupakan salah satu negara pendukung Korut dalam bidang ekonomi dan diplomasi meski China pernah marah dengan Korut gara-gara uji rudal dan nuklir Korut. Meski kedua negara pernah renggang, China tetap menyambut baik keinginan Korut memperbaiki hubungannya dengan Korea Selatan dan AS.
Kunjungan Wang ke Pyongyang diperkirakan untuk memperkuat dukungan kepada Korut sekaligus memastikan Korut tidak meninggalkan China. Wang menilai, pertemuan Jong Un dengan Presiden Korsel Moon Jae-in pada pekan lalu membuka peluang tercapainya resolusi politik. Wang menegaskan, China mendukung berakhirnya status Perang Korea (1950-1953) dan perubahan perhatian Korut pada pembangunan ekonomi.
”China ingin tetap berkomunikasi aktif dengan Korut pada dua isu ini dan meningkatkan koordinasi,” kata Wang.
Ikut terlibat
Selain Jong Un, Wang juga bertemu Menlu Korut Ri Yong Ho. Kepada Ri, Wang menegaskan, China tetap ingin melanjutkan membantu Korsel-Korut mencari solusi politik pada isu Semenanjung Korea.
Kantor Kepresidenan Korsel menyebutkan, pertemuan tingkat tinggi antar-Korea dilakukan pertengahan Mei. Pertemuan itu untuk mengimplementasikan kesepakatan yang telah dicapai Jong Un dan Moon.
Penegasan dari sisi China ini dilakukan karena ketika kedua pemimpin Korea bertemu dan hubungan bilateral mereka membaik, China seperti dibiarkan berdiri menonton di pinggir arena. Setelah khawatir pada Korsel-Korut, China makin khawatir dengan pertemuan AS dan Korut, akhir Mei atau awal Juni mendatang.
China khawatir kepentingan China tidak akan digubris ketiga negara itu, khususnya AS dan Korut. Apalagi, kini China sedang mengalami masalah pada urusan perdagangan dengan AS. Global Times, tabloid yang dikelola Pemerintah China dalam editorialnya menyebutkan, China tersisih hanya karena ada upaya memanipulasi opini masyarakat. ”China memilih diplomasi diam seperti pertemuan antara Jong Un dan Presiden China Xi Jinping. Namun, Korsel untuk kepentingan politiknya justru memublikasikan pertemuan itu secara luas,” sebut tabloid itu.