BEIJING, KAMIS -- Pertemuan dalam rangka negosiasi dagang antara Pemerintah China dengan Pemerintah AS secara resmi dimulai pada Kamis (3/5/2018) di Beijing, China. Hal itu menandai satu langkah dari kemungkinan rangkaian negosiasi kedua negara guna menghindari sebuah kondisi perang dagang.
Dipimpin Menteri Keuangan Steven Mnuchin, delegasi AS terdiri dari Menteri Perdagangan Wilbur Ross, Perwakilan Perdagangan Robert Lighthizer, para Penasihat Ekonomi Gedung Putih Peter Navarro, Larry Kudlow, Everett Eissenstat, dan Duta Besar AS untuk China, Terry Branstad. Adapun delegasi China dipimpin Wakil Perdana Menteri Liu He, salah satu orang kepercayaan Presiden Xi Jinping.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengungkapkan, negosiasi antara kedua negara yang perekonomiannya paling besar secara global itu tidak akan selesai dalam satu kali negosiasi. Selain jumlah isu atau topiknya lebih dari satu, kedua negara membawa misi masing-masing.
"Diskusi dan negosiasi yang digelar sepatutnya berbasis pada persamaan dan saling menghormati, sekaligus hasilnya harus saling menguntungkan," kata Hua. Ia memastikan negosiasi kedua pihak digelar beberapa saat setibanya delegasi AS di Beijing.
Negosiasi dagang antara AS dan China guna menghindari perang dagang telah dimulai di Beijing, China. Beijing menuntut adanya kesetaraan dalam proses dan hasil negosiasi.
Tim delegasi AS berkumpul di sebuah hotel di pusat kota Beijing. Mereka kemudian bersama-sama menuju ke kantor Kedutaan Besar AS di China. Dari situ, rombongan menuju ke rumah dinas Pemerintah China, tempat negosiasi berlangsung. Tidak ada komentar dari delegasi AS kepada media. Hanya tampak Kudlow mengacungkan kedua jempolnya.
"Saya selalu berharap, tetapi tidak terlalu berharap juga," kata Lighthizer, Selasa lalu, sesaat sebelum berangkat ke Beijing. "Tantangannya sungguh besar."
Trump mengawasi
Presiden AS Donald Trump mengawasi proses negosiasi itu secara seksama. Ia menyiratkan optimisme Washington dalam negosiasi tersebut. "Tim keuangan kami berada di China untuk mencoba bernegosiasi di bidang perdagangan. Saya berharap dalam waktu tidak lama lagi bisa bertemu Presiden Xi. Hubungan kami sangatlah baik," kata Trump lewat akun Twitter-nya.
Trump sangat berkeinginan memotong defisit perdagangan yang diderita AS atas China yang mencapai 100 miliar dollar AS. Selain itu, Washington juga mengkritik kebijakan Beijing yang mewajibkan perusahaan-perusahaan asing mentransfer teknologinya ke perusahaan-perusahaan mitranya di China sebagai syarat untuk dapat memasuki pasar China.
Secara gayung bersambut, kedua negara pun berancang-ancang menerapkan tarif atas produk-produk unggulan senilai 150 miliar dollar AS. Jika benar-benar diterapkan, perang dagang akan terjadi dan dikhawatirkan meluas, baik dampak maupun negara-negara yang menerapkan. Proses pemulihan perekonomian global pun disebut-sebut menjadi taruhannya.
Ambisi China
Melalui program Made in China 2025, China berambisi menggeser industri Barat dalam teknologi tinggi, seperti semikonduktor, kecerdasan buatan, farmasi hingga mobil listrik.
Editorial surat kabar pemerintah China, Global Times, dalam edisi Kamis menyatakan, adalah hak bagi China untuk mengembangkan industri berteknologi tinggi. Hal itu berhubungan dengan kualitas peremajaan China sebagai sebuah bangsa. Ditegaskan, upaya dan proses itu tak boleh gagal hanya karena tekanan eksternal. (AP/AFP)