KABUL, MINGGU Operasi militer dan kepolisian Pemerintah Afghanistan berhasil merebut kembali Distrik Kohistan, Provinsi Badakhshan, Sabtu (5/5/2018), yang dikuasai kelompok Taliban sejak Kamis lalu. Anggota-anggota Taliban didesak mundur kembali ke Distrik Teshkan, tempat kelompok itu masih menguasai sejumlah pos pemeriksaan.
Juru bicara Kepolisian Badakhshan, Sanaullah Rohani, menyebutkan, Taliban dipastikan kalah telak dengan banyak korban. Namun, ia tidak bisa memastikan jumlah korban Taliban karena lokasi yang terpencil dan sistem telekomunikasi yang buruk. ”Kami hanya mendapat kabar Distrik Kohistan sudah direbut kembali,” ujarnya.
Sebelumnya, sedikitnya 31 anggota Taliban terbunuh dalam serangan pasukan Afghanistan yang didukung serangan udara oleh Amerika Serikat di Provinsi Ghazni, Afghanistan tengah. Saat itu, tentara pemerintah berupaya melindungi jalan raya utama.
Juru bicara kantor Gubernur Provinsi Ghazni, Mohammad Arif Noori, menjelaskan, Taliban hendak mengambil alih ruas-ruas jalan arteri dan menyerang pos-pos pemeriksaan. ”Mereka dipukul balik dari daerah-daerah dekat jalan raya Ghazni dan Paktika,” ujarnya.
Namun, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, memberikan informasi berbeda. Menurut dia, sembilan tentara Afghanistan tewas dan hanya satu anggota Taliban meninggal.
Ia juga membantah laporan dari pasukan pemerintah yang mengabarkan Kohistan dapat direbut dari Taliban. Yang terjadi justru sebaliknya, pasukan pemerintah dipukul mundur.
Di sejumlah daerah, Taliban masih melakukan perlawanan. Di Provinsi Paktia, daerah perbatasan dengan Pakistan, Sabtu, bom mobil meledak dan melukai lima orang. Pada hari yang sama, bom bunuh diri memicu ledakan dari kendaraan penuh bom. Bom itu menyasar rumah Kepala Kepolisian Kandahar Abdul Razeq yang dikenal tidak takut dengan Taliban dan kerap lolos dari usaha pembunuhan oleh Taliban.
Sehari sebelumnya, Jumat, dua warga sipil tewas dan empat orang terluka terkena serangan mortir yang menerjang sebuah rumah di Distrik Andar, salah satu wilayah yang tidak stabil di Ghazni, 153 kilometer dari ibu kota Kabul. Dalam kejadian berbeda, dua anggota Taliban tewas dalam ledakan di Ghazni.
Pendaftaran pemilih
Taliban meningkatkan intensitas serangan di sejumlah daerah setelah mengumumkan dimulainya serangan seiring dengan kondisi cuaca yang mempermudah pergerakan mereka di daerah pegunungan. Pada pekan ini saja, peledakan bom bunuh diri menewaskan 26 orang dengan 9 orang di antaranya wartawan.
Selain itu, tujuh warga meninggal di Provinsi Faryab ketika mobil mereka terkena ledakan bom yang dipasang di pinggir jalan.
Gelombang kekerasan terus terjadi. Kali ini ledakan di sebuah masjid di Provinsi Khost, Minggu, sehingga mengakibatkan 13 orang tewas dan 31 orang terluka. Juru bicara Kepolisian Khost, Basir Bina, menyatakan, ledakan terjadi saat warga sedang shalat Ashar. Masjid itu juga digunakan untuk sementara sebagai tempat pendaftaran calon pemilih untuk pemilihan parlemen, Oktober mendatang.
”Peledaknya diletakkan di tenda di dalam halaman masjid yang biasanya dipakai mendaftar calon pemilih. Ledakannya bukan bom bunuh diri,” ujar Bina.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas peristiwa ini. Serangan-serangan seperti itu sering terjadi di Afghanistan sebagai pesan perlawanan sejumlah kelompok milisi. Pada bulan lalu, sekitar 60 orang tewas ketika terjadi ledakan bom bunuh diri di pusat pemungutan suara di Kabul. Kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah langsung mengklaim bertanggung jawab. Taliban memperingatkan warga untuk tidak mengikuti pemilu.
(REUTERS/AFP/AP/LUK)