KAIRO, KOMPAS - Hasil sementara pemilu parlemen Lebanon, Senin (7/5/2018), menunjukkan posisi koalisi Syiah pro Iran kian kokoh. Sebaliknya, kekuatan Gerakan Masa Depan yang pro Arab Saudi dan Barat kian melemah di pentas politik Lebanon dalam beberapa tahun kedepan.
Pemungutan suara dilakukan pada Minggu (6/5/2018) lalu. Kementerian Dalam Negeri Lebanon melaporkan, partisipasi pemilih mencapai 50 persen.
Koalisi Syiah pro Iran terdiri dari Hezbollah yang dipimpin Hassan Nasrullah dan Gerakan Amal yang dikomandani Nabih Berri yang kini menjadi ketua parlemen. Koalisi ini dilaporkan meraih 29 kursi. Jumlah itu lebih banyak 2 kursi dari 27 kursi porsi kaum Muslim Syiah di parlemen Lebanon sekarang.
Jika perolehan koalisi Syiah digabung dengan kekuatan politik lain dari kelompok Kristen dan independen yang dikenal memiliki platform politik sama, perolehan suara mereka minimal mencapai 67 kursi. Kelompok Kristen yang memiliki platform politik sama dengan koalisi Syiah itu adalah Gerakan Patriotik Kebebasan yang dipimpin Michel Aoun, Presiden Lebanon.
Gerakan Patriotik Kebebasan dan koalisinya dari kelompok Kristen mendapat 26 kursi. Kebijakan politik mereka adalah pro Iran dan Suriah. Gerakan Patriotik Kebebasan juga membela kepemilikan senjata Hezbollah untuk melawan Israel.
Sebaliknya, kekuatan politik pro Arab Saudi dan Barat, yakni Gerakan Masa Depan (Future Movement) yang dipimpin Saad Hariri, Perdana Menteri Lebanon, hanya meraih 21 kursi. Pada pemilu 2009, Gerakan Masa Depan dan koalisinya meraih 33 kursi.
PM Hariri dalam konferensi pers di Beirut, Senin, mengatakan, dirinya telah menjalankan proses demokrasi dan berkomitmen untuk menjaganya, apa pun hasil akhir pemilu nanti.
Adapun kubu Pasukan Lebanon (Lebanese Forces) yang dipimpin Samir Geagea meraih kemenangan besar dengan mendapat 17 kursi. Pada pemilu 2009, Pasukan Lebanon hanya memperoleh 8 kursi. Kubu ini anti- Hezbollah dan memiliki platform politik sama dengan Gerakan Masa Depan. Pasukan Lebanon adalah salah satu kekuatan politik utama kelompok Kristen di Lebanon.
Hasil pemilu parlemen kini membuat jabatan Saad Hariri sebagai Perdana Menteri Lebanon terancam. Hariri sangat bergantung pada dukungan Pasukan Lebanon dan Gerakan Patriotik Kebebasan untuk bisa mempertahankan jabatan itu.
Hasil pemilu parlemen Lebanon tersebut mendapatkan reaksi keras dari Israel yang dikenal musuh bebuyutan Hezbollah. Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett menilai keunggulan partai Syiah dalam pemilu Lebanon membuat tak ada perbedaan lagi antara negara Lebanon dan partai Syiah.