TEHERAN, SELASA - Sanksi-sanksi nuklir baru terhadap Iran bakal semakin menekan kehidupan masyarakat negeri itu. Sebab, perekonomian Iran sesungguhnya telah berada dalam suasana ketidakpastian yang diciptakan Amerika Serikat maupun karena kompleksnya masalah ekonomi yang dihadapi Iran sendiri.
Nilai tukar mata uang Iran, riyal, telah jatuh lebih dari sepertiga dari nilainya di awal tahun terhadap dollar AS. Meski jumlahnya susah diverifikasi, sejumlah analis dan pejabat memperkirakan dana senilai 10 miliar dollar AS-30 miliar dollar AS telah dikeluarkan dari Iran beberapa bulan belakangan. Tekanan atas proyeksi keluarnya modal itu semakin besar mengingat kemungkinan penerapan sanksi nuklir baru terhadap negeri itu.
Presiden AS Donald Trump, pengkritik kesepakatan antara Iran dan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman, mengancam akan keluar dari kesepakatan nuklir 2015 yang ditandatangani sebelum ia menjabat presiden. Menurut kesepakatan dengan AS, China, Inggris, Jerman, Perancis, dan Rusia itu, Iran harus membatasi kapasitas pengayaan uranium dengan imbalan dibebaskan dari sanksi-sanksi.
Pada Selasa (8/5/2018) waktu AS atau Rabu dini hari WIB, Trump menyatakan sikapnya, antara memperpanjang dan keluar dari kesepakatan nuklir itu.
Menahan diri
Pemerintah Iran berupaya sekuat tenaga mencegah kondisi buruk perekonomian negeri itu. Teheran antara lain menjanjikan peluang-peluang investasi bagi perusahaan-perusahaan asing.
Namun, para calon investor menahan atau menarik diri dari rencana-rencana mereka. Investor khawatir sanksi-sanksi AS akan diterapkan lagi atas Iran.
Bank Dunia menyatakan, investasi asing yang masuk ke Iran sepanjang tahun 2016 senilai 3,4 miliar dollar AS. Jumlah itu tergolong kecil jika dibandingkan dengan angka yang ditargetkan Presiden Iran Hassan Rouhani. Rouhani menyebut 50 miliar dollar AS adalah angka realistis bagi nilai investasi asing ke Iran.
Ardavan Amir-Aslani, pengacara internasional yang berkantor di Teheran yang juga penulis sejumlah buku di Timur Tengah, menyatakan, perjanjian nuklir telah meninggalkan kekecewaan besar bagi Iran dan warganya.
”Mereka memang mampu menjual minyak, tetapi hasilnya hanya bisa untuk membayar pegawai negeri dan merawat infrastruktur. Hal itu tak cukup untuk mendorong investasi yang dibutuhkan,” ucapnya, seraya mengakui kehidupan bisnis di Iran mengalami tekanan.
Iran sesumbar perekonomiannya tidak akan terdampak dengan apa pun yang diputuskan AS. Kepala Bank Sentral Iran Valiollah Seif menyatakan telah menyiapkan semua skenario. Ia yakin ekonomi negerinya akan aman-aman saja.
Pernyataan senada diungkapkan Rouhani. Tanpa menyebutkan nama Trump, ia menyatakan, aneka masalah untuk beberapa bulan mungkin telah ditimbulkan seseorang di satu negara. Namun, Rouhani yakin negeri dan warganya akan mampu mengatasi berbagai masalah itu.