JAKARTA, KOMPAS - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyatakan, ASEAN dengan sifatnya yang satu dan sentral dapat menjadi jalan sekaligus jawaban atas aneka tantangan di Indo-Pasifik. Pemerintah Indonesia aktif ikut berperan serta menawarkan konsep yang mendukung hal itu untuk mendorong kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik itu.
Pernyataan itu disampaikan Retno saat membawakan pidato kunci pada hari kedua dialog global bertajuk Global Disorder: The Need for New Regional Architecture and Business Model? di Jakarta, Selasa (8/5/2018). Acara diadakan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Dewan Kerja Sama Ekonomi Pasifik (PECC).
”Sebagai negara kekuatan menengah, kami tetap optimistis, mencoba yang terbaik, dan yakin hubungan internasional akan menghasilkan sesuatu yang saling menguntungkan,” kata Retno.
Menurut Retno, konsep Indo-Pasifik mengandung kondisi dan fakta terjadinya perubahan strategi di kawasan, khususnya di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Perubahan yang cepat membawa konsekuensi aneka tantangan, menumbuhkan persaingan, bahkan mungkin permusuhan, serta ancaman di dunia kemaritiman yang bertolak belakang dari kondisi tradisional masa-masa sebelumnya.
Sebagai sebuah kawasan yang berada di Indo-Pasifik, Asia Tenggara bisa terdampak. Retno mengatakan, tanpa antisipasi yang tepat, efek buruknya dapat mencederai capaian-capaian ASEAN yang sudah berusia 50 tahun. Sebuah harga mahal jika ASEAN yang terbukti mampu membangun kawasan yang damai, stabil, dan makmur harus terempas.
”Indonesia berharap ASEAN senantiasa mengimplementasikan prinsip kesatuan dan sentralitas. Posisi ASEAN itu bersatu padu menjawab aneka tantangan yang ada. Pesannya jelas, kesatuan dan sentralitas ASEAN penting bagi Indo-Pasifik,” tutur Retno.
Menurut dia, aneka investasi dibutuhkan, baik yang baru maupun mempertahankan investasi yang sudah ada dan lama, di kawasan Indo-Pasifik. Indonesia berperan aktif mendorong Indo-Pasifik yang berdasarkan pada prinsip-prinsip keterbukaan, transparansi, inklusivitas, persahabatan, serta berdasarkan pada hukum-hukum internasional.
Dengan kesatuan dan sentralitasnya, menurut Retno, ASEAN wajib memastikan sejumlah hal bagi Indo-Pasifik. Hal itu ialah menghadirkan lingkungan yang menjamin keberlanjutan di kawasan, menggunakan cara-cara dan antisipasi yang tepat untuk menghadapi berbagai tantangan, serta menciptakan aneka pusat baru guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
”Maka, mutlak bagi ASEAN untuk mempertahankan perekonomian yang sifatnya terbuka serta adil,” ujar Retno.
Mendorong swasta
Salah satu pembicara, yakni George Lam, yang merupakan Kepala Manajemen Cyberport Hong Kong, menyatakan, dunia tetap membutuhkan aneka inisiatif yang mempertahankan atau semakin mendorong prinsip pasar terbuka. Ia menilai, program Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) adalah contoh prakarsa yang bagus oleh Pemerintah China. Hal itu selain menjadi jalan penyebaran bagi barang-barang juga membuka partisipasi bagi negara-negara.
”Program seperti BRI juga menjadi pendorong keterlibatan sektor swasta. Hal ini bagus karena keterlibatan swasta mendorong peningkatan kualitas produk yang dihasilkan,” kata Lam.
Direktur Eksekutif Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) Alan Bollard menyatakan, aneka perubahan terjadi dalam satu dasawarsa terakhir. Krisis keuangan global 2008 dan perkembangan teknologi informasi dapat dikatakan mengubah lanskap bisnis global. Maka, ia mendorong negara-negara siap dan merespons aneka perubahan itu. Ia menilai sebuah revolusi di bidang perdagangan akan terjadi. Tidak semata perusahaan-perusahaan besar, jutaan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah menjadi agen-agen perubahan itu. (BEN)