SINGAPURA, KOMPAS - Semakin maju teknologi informasi, semakin mudah informasi diakses, semakin cepat informasi didapat melalui media sosial dengan skala dan kecepatan tak terduga, membuat banyak berita palsu bertebaran dan merugikan masyakarakat.
Menyikapi itu, ASEAN melalui Konferensi Ke-14 Menteri Bidang Informasi ASEAN (AMRI) sepakat bekerja sama mengatasi maraknya penyebaran berita palsu di masyarakat. Pertemuan itu digelar pada Kamis (10/5/2018) di Singapura. ASEAN harus waspada terhadap tantangan ini dan harus memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi secara konstruktif memerangi berita palsu.
Dalam sambutan pembukaan, Ketua Konferensi Ke-14 AMRI yang juga Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura S Iswaran mengatakan, ASEAN harus melawan berita-berita palsu. ”Ada kebutuhan kita untuk menyiapkan warga agar mereka bisa memilih informasi yang benar,” kata Iswaran.
Terkait dampak buruk berita palsu, kerangka kerja ASEAN bertujuan meminimalkan efek buruk berita palsu. Langkah yang diambil antara lain menyiapkan referensi bagi negara anggota, memperkuat kerja sama, berbagi ide, dan mencari solusi menguntungkan. Selain itu, ASEAN pun didorong membangun diskusi, meningkatkan kepedulian anggota, serta memperkuat komitmen pencegahan dan melawan penyebaran berita palsu dengan langkah hukum.
”Kita harus cepat melawan berita palsu karena kalau tidak cepat, warga akan telanjur percaya terhadap berita palsu tersebut,” kata Kobsak Pootrakool, Wakil Ketua Konferensi AMRI yang juga Menteri pada Kantor Perdana Menteri Thailand.
Meskipun demikian, Menteri Keuangan Singapura Heng Swee Keat menegaskan, ASEAN tetap harus menjadi masyarakat yang terbuka dan terhubung. Asosiasi itu harus berani menyiapkan kendaraan baru untuk era berikut yang akan dikendalikan teknologi dan ekonomi digital.
Dengan bertumbuhnya populasi orang muda dan kelas menengah, survei Google dan Temasek menunjukkan, ASEAN merupakan kawasan dengan pertumbuhan internet tercepat, dari 260 juta orang pada 2016 menjadi 480 juta pada 2020.
Dalam situasi itu, AMRI memainkan peran penting, terutama untuk masuk ke era digital. Peningkatan teknologi komunikasi mengubah dunia, tetapi di sisi lain, diperlukan tanggung jawab agar perkembangan itu bermanfaat positif.
(ELOK DYAH MESSWATI dari Singapura)