MOSKWA, SENIN - Rusia dan Iran bersepakat untuk sama-sama menjaga kesepakatan nuklir yang ditandatangani tahun 2015. Rusia menggarisbawahi bahwa Eropa dan Rusia memiliki kewajiban untuk bersama-sama melindungi kepentingan legal mereka terkait kesepakatan nuklir.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif kemarin bertemu dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov di Moskwa untuk meminta jaminan dari para penanda tangan kesepakatan nuklir Iran. Langkah itu menyusul keputusan Amerika Serikat keluar dari kesepakatan tersebut pekan lalu.
Penanda tangan kesepakatan nuklir 2015 adalah AS, Inggris, Jerman, Perancis, China, dan Rusia. Selain Jerman, negara lainnya adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto. Dengan keluarnya AS dari kesepakatan nuklir, AS akan menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran. Washington juga mengancam akan menerapkan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan internasional yang menjalin kerja sama perdagangan dengan Iran.
Sanksi ekonomi AS menjadi batu ganjalan bagi Eropa karena saat ini banyak perusahaan Eropa yang berinvestasi di Iran. Jika harus memilih antara Iran atau AS, perusahaan-perusahaan itu lebih memilih tidak berkonfrontasi dengan AS.
Pada 14 Juli 2015, setelah melalui negosiasi yang berbelit selama 12 tahun, Iran akhirnya bersedia menandatangani kesepakatan nuklir (Joint Cooperative Plan of Action) untuk menghentikan program nuklir. Kompensasi dari kesepakatan itu adalah sanksi ekonomi atas Iran dicabut.
Pemeriksa dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) secara berkala memeriksa situs-situs pengembangan uranium Iran. Selama 10 kali pemeriksaan, IAEA menganggap Iran patuh pada seluruh persyaratan yang diterapkan. Namun, Presiden AS Donald Trump menganggap kesepakatan itu ”tidak masuk akal” dan secara unilateral menarik diri.
Rusia-UE
Hubungan Uni Eropa dan Rusia terus memburuk selama beberapa tahun terakhir akibat invasi Rusia ke Crimea pada 2014, yang berujung pada sanksi ekonomi UE terhadap Rusia. Hal ini diperburuk dengan insiden Skripal, yaitu peracunan mantan agen Rusia di Inggris pada Maret lalu yang berujung pada pengusiran diplomat masing-masing negara.
Namun, keputusan AS keluar dari kesepakatan nuklir membuka peluang bagi Rusia untuk merekatkan kembali hubungannya dengan UE. ”Kerja sama Eropa dan Rusia, yang sampai saat ini terlihat mustahil karena kasus Skripal, kini memperoleh angin segar. Pihak Eropa pada akhirnya akan dipaksa menyelamatkan kesepakatan nuklir,” kata Andrei Baklitski dari PIR Center.
Menurut rencana, Kanselir Jerman Angela Merkel akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin Jumat depan. Setelah itu, Presiden Perancis Emmanuel Macron akan berkunjung ke Rusia pada pekan berikutnya. Sebelumnya, Putin sudah berbicara dengan Merkel dan Presiden Turki Erdogan yang intinya sangat menyesalkan keputusan Trump.
Dengan keluarnya AS, Rusia akan menjadi ”pemain kunci” yang akan memastikan bahwa Iran tidak akan melanjutkan program nuklirnya. Bukan hanya itu, peran Rusia juga akan semakin signifikan di Timur Tengah, khususnya setelah Rusia melakukan intervensi dalam konflik Suriah dengan mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. (AFP/REUTERS/MYR)