BRUSSELS, SELASA Jerman, Inggris, dan Perancis akan berupaya sekuat tenaga untuk mempertahankan kesepakatan nuklir Iran 2015 meskipun tanpa kehadiran Amerika Serikat.
Para menteri luar negeri ketiga negara, Selasa (15/5/2018), bertemu dengan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif di Brussels. Zarif melakukan diplomasi maraton ke negara-negara penanda tangan kesepakatan nuklir untuk memperoleh kepastian bahwa kepentingan ekonomi Iran tetap terjaga meskipun AS akan kembali menerapkan sanksi ekonomi.
Para penanda tangan kesepakatan nuklir adalah seluruh anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman,
Sebelum datang ke Brussels, Zarif terlebih dulu mampir ke Rusia. Ia memperoleh dukungan penuh dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Di Brussels, Zarif bertemu dengan Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini serta Menlu Jerman, Inggris, dan Perancis.
Menurut Zarif, pembicaraannya dengan Mogherini ”sangat baik dan konstruktif”. ”Saya percaya kita berada di jalan yang benar untuk terus maju dan memastikan bahwa kepentingan semua pihak yang terlibat dengan JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action), khususnya Iran, akan terus dijamin dan dipertahankan,” katanya.
Senada dengan itu, Menlu Inggris Boris Johnson mengatakan, kesepakatan nuklir vital bagi keamanan bersama. Maka, Inggris dan UE berkomitmen mempertahankannya.
Meski demikian, para diplomat Eropa tidak berharap muluk dari pertemuan kemarin. Mereka menyadari bahwa sanksi ekonomi AS terhadap Iran akan berdampak terhadap semua perusahaan internasional yang melakukan investasi dengan Iran.
Sampai saat ini, Eropa masih belum menemukan solusi yang tepat untuk menghindari sanksi AS. ”Tak ada satu solusi ajaib. Prosesnya akan rumit dengan sejumlah opsi komprehensif di tingkat Uni Eropa dan tingkat nasional. Dengan demikian, proses ini makan waktu lama,” ucap seorang pejabat Uni Eropa. Namun, Mogherini sebelumnya menegaskan bahwa Eropa akan ”berupaya sekuat tenaga” untuk mempertahankan kesepakatan itu.
Front bersatu
Uni Eropa masih akan berupaya membujuk AS untuk tidak mengenakan sanksi kepada perusahaan-perusahaan Eropa yang berinvestasi di Iran.
Akhir pekan lalu, Menlu AS Mike Pompeo mengatakan, Washington tetap ingin bekerja sama dengan Eropa untuk menghadapi ”perilaku buruk” Iran. Namun, seorang pejabat AS mengingatkan, perusahaan-perusahaan Eropa akan memperoleh sanksi jika berbisnis dengan Iran.
Menghadapi ancaman AS, para pemimpin Eropa yang melakukan pertemuan di Sofia, Rabu, bertekad kompak dan solid. Mogherini dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker akan memberikan pandangan mengenai apa yang bisa dilakukan Uni Eropa untuk melindungi kepentingan ekonomi Eropa di Iran.
Salah satu opsi yang bisa dilakukan adalah menerapkan ”statuta pemblokiran” yang pada intinya melarang perusahaan-perusahaan Eropa tunduk pada sanksi AS di wilayah-wilayah yang akan merugikan kepentingan Eropa.
Perusahaan-perusahaan Eropa, khususnya dari Perancis dan Jerman, berbondong-bondong menanamkan modal di Iran setelah kesepakatan nuklir tercapai pada 2015. Ekspor Jerman ke Iran mencapai 3 miliar euro pada 2017, sedangkan perusahaan minyak Perancis, Total, mencanangkan investasi gas sebesar 5 miliar euro.
Langkah AS keluar dari kesepakatan nuklir dan mengabaikan anjuran dari sekutu-sekutunya di Eropa memaksa Eropa mendekatkan diri kepada Rusia dan China agar kesepakatan nuklir dapat dipertahankan.