Dengan dua tangan penuh tas, Hassan Saryoul (42) berusaha melewati orang-orang yang berdesakan di pasar dadakan di Douma, kota berjarak sekitar 19 kilometer timur laut Damaskus, ibu kota Suriah. ”Kalau bisa membawa lebih banyak lagi, pasti sudah saya lakukan,” kata warga salah satu kota di kawasan Ghouta itu.
Setelah bertahun-tahun, baru kali ini Saryoul dan banyak penduduk lain di kawasan itu kembali bisa beraktivitas di pasar. Penguasaan oleh kelompok oposisi membuat kota itu diblokade dan dibombardir pasukan Pemerintah Suriah selama bertahun-tahun. Jangankan pasar, toko yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari saja nyaris tidak bisa didapat. Sebab, hampir tidak ada barang tersedia.
Semua pasokan kebutuhan sehari-hari tergantung pada pasar gelap. Harganya tentu saja tinggi. Kala Ghouta dikepung, 1 kilogram gula berharga 50 dollar AS (Rp 700.000). Kini, harga 1 kilogram gula itu di pasar dadakan tidak sampai 1,5 dollar AS (Rp 21.000).
Pasar Douma, salah satu dari enam pasar dadakan, dioperasikan oleh Kementerian Perdagangan dan Perlindungan Konsumen Suriah di Ghouta. Pasar itu dibuka untuk menyambut Ramadhan dan berlangsung selama empat hari sejak Minggu (13/5/2018).
Pasar itu digelar di tengah reruntuhan bangunan di Douma. Bangkai kendaraan dan reruntuhan bangunan memenuhi jalan-jalan. Akan tetapi, hal itu tidak menyurutkan orang-orang dari Douma dan sekitarnya memenuhi pasar tersebut.
Orang-orang berdesakan di antara lapak penjual aneka kebutuhan. ”Dapur saya kosong. Akan tetapi, beberapa hari lalu saya mulai memperbaikinya dan bersiap memenuhinya dengan macam-macam,” kata Umm Mohammad (50), perempuan warga setempat. ”Saya buru-buru pulang setelah membelikan anak-anak mentega dan halawa (manisan).”
Hampir 40 kelompok usaha memamerkan produk mereka di pasar yang disebut ”Kebaikan di Ghouta” itu. Sebelum di Douma, pasar serupa digelar di Kafr Batna, kota lain
di Ghouta.
Salah seorang pedagang, Raed Zabadina, tergesa-gesa mengemas detergen, pemutih, dan sampo. Selepas dikemas, benda-benda itu diserahkan kepada para pembeli yang sudah tidak sabar. ”Wajar mereka berdatangan ke bagian pembersih. Di sini sekotak besar detergen hanya 500 pound Suriah (Rp 13.600). Dulu sekotak kecil detergen berharga 3.000 pound Suriah (Rp 81.700),” katanya.
Pedagang lain, Mohammad al-Hafi (31), juga kewalahan karena pembeli terlalu ramai. ”Saya harus menutup pintu karena terlalu ramai. Orang-orang membeli banyak karena sangat membutuhkan makanan dan barang lain,” ujarnya. (AFP/RAZ)