Perpustakaan bukan lagi hanya tempat untuk membaca. Singapura telah mengembangkan perpustakaan menjadi tempat ramah untuk belajar tentang banyak hal. Tidak hanya menyediakan buku-buku, perpustakaan regional Tampines di Singapura juga menyediakan berbagai sarana dan fasilitas bagi warga Singapura untuk mengembangkan diri.
Contohnya, selain menyediakan aneka buku resep masakan, Tampines menyediakan studio memasak bagi warga Singapura yang ingin mempraktikkan mengolah menu sebagaimana resep dalam buku yang baru mereka baca.
Tidak hanya itu, fasilitas audio visual juga menjadi pelengkap perpustakaan yang terbilang canggih tersebut. Saat berkunjung ke perpustakaan Tampines bersama dengan beberapa wartawan dari negara-negara anggota ASEAN pekan lalu, kami melihat beberapa anak muda Singapura sedang berdiskusi di anak tangga yang disulap menjadi bangku-bangku diskusi. Aneka buku disediakan untuk pengunjung. Ada buku untuk remaja, anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar, hingga untuk mereka yang telah lanjut usia.
Tampines merupakan jaringan dari 26 perpustakaan di Singapura yang secara konsisten memperbarui koleksi buku mereka demi memenuhi kebutuhan warga Singapura untuk belajar dan akan bacaan yang relevan.
Banyak koleksi
Diluncurkan kembali pada 5 Agustus 2017, dengan penampilan dan beberapa fasilitas baru, Tampines telah mengoleksi 400.000 buku dan 347 judul majalah serta 16.800 koleksi audio visual. Koleksi buku naik 25 persen.
Gedung perpustakaan yang terletak di sebelah stadion sepak bola ini terdiri dari lima lantai. Lantai 2 berisi buku tentang gaya hidup, termasuk studio memasak. Lantai 3 berisi buku-buku untuk kanak-kanak dan orang tua. Lantai empat adalah letak koleksi untuk remaja dan Pixel Labs@NBL by Infocomm Media Development Authority (IMDA). Di sini disediakan ruang dengan aneka peralatan, di mana para remaja bisa belajar, berkreasi, dan membagikan keterampilan mereka.
”Pemerintah Singapura sangat peduli akan kemajuan teknologi dan membuat program melalui Pixel Labs @NBL yang mengajak anak-anak dan remaja memahami teknologi,” kata Barry Chua, Kepala Eksekutif Micromaker.
Lantai lima didesain khusus sebagai ruang baca yang tenang, yang dilengkapi dengan meja dan kursi seperti lobi hotel. Di sini banyak ditemui warga Singapura berusia lanjut tengah bersantai menghabiskan waktu dengan membaca koran cetak atau secara daring. Di lantai enam disediakan buku-buku fiksi untuk dewasa. Juga ada sudut sukarelawan ”Volunteers’Corner”, di mana sukarelawan bisa berbagi pengetahuan dan mempromosikan bacaan.
Menurut Siow Shong Seng, Kepala Informasi Perpustakaan Tampines, untuk meminjam buku-buku koleksi perpustakaan, warga bisa melakukan secara daring, lalu mengambil buku yang telah dipesan di dalam kotak tempat penitipan yang telah disiapkan. Buku juga bisa dipinjam dengan melakukan pemindaian kode batang via Apps sehingga tidak perlu berurusan dengan petugas perpustakaan.
Saat membaca buku-buku di perpustakaan pun pengunjung perpustakaan jika ingin mengembalikan buku tinggal meletakkan buku yang dipinjamnya ke lemari mobile yang bergerak ke seluruh penjuru perpustakaan. Pengunjung tak perlu berjalan dan membuat keributan hanya untuk mengembalikan buku ke rak-rak penyimpanan.