”Kami tidak mau berhubungan dengan Navarro,” demikian kata seorang pejabat senior China seperti diberitakan harian The Wall Street Journal, 29 April 2018. Bagi China, Peter Navarro, penasihat dagang Trump, adalah orang yang menjengkelkan. Penolakan China terhadap Navarro disebabkan sikap Navarro yang membenci China tanpa logika kuat.
Navarro, seorang profesor dari University of California Irvine, bukan ekonom bereputasi hebat. Dia mendadak terkenal karena saat kampanye pemilu pada tahun 2016, Presiden Donald Trump mencari ekonom pembenci China. Didapatkanlah Navarro lewat bukunya, Death by China, dan The Coming China Wars.
Navarro adalah ekonom yang dianggap tak memahami aturan ekonomi global dan fakta komplet di balik proses perdagangan internasional. Dia dikritik oleh banyak ekonom Amerika Serikat, termasuk Stephen S Roach, ekonom dari Yale University.
Lebih jauh, ekonom AS, Joseph E Stiglitz, menyatakan, Trump tidak paham bagaimana jaringan produksi global beroperasi. Inilah yang menjadi dasar bagi tampilnya Navarro, pembenci sengit China.
Pihak China sendiri menyadari ada masalah dalam hubungan ekonomi China-AS yang tidak berimbang. Wakil Perdana Menteri China Liu He di hadapan Kongres AS, Rabu (16/5/2018), mengakui ada masalah dalam hubungan dagang AS-China. Sebab itu, kunjungannya ke AS diharapkan bisa mengatasi hubungan dagang bilateral.
Liu berada di China untuk kelanjutan negosiasi dagang bilateral, yang berlangsung di Washington pertengahan Mei ini. Sikap dasar China dalam perundingan ini adalah tidak suka dengan sikap AS yang mendikte.
”Saya kira Presiden Trump dan orang-orangnya telah diperintahkan untuk melakukan apa saja dengan cara apa saja. Apa yang bisa didesak agar terus saja didesak,” kata Douglas Paal, Wakil Presiden Carnegie Endowment for International Peace. Itulah kondisi awal yang dipegang para perunding AS.
Paal mengatakan, negosiasi seharusnya bisa berlangsung lebih baik dalam hal cara dan tuntutan.
”Dikucilkan”
Gambaran dari sikap Trump dibawakan oleh Navarro, didukung Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan Steve Mnuchin. Serangan demi serangan keras diarahkan ke China.
Di sisi lain, China sendiri menyatakan bahwa mereka bukan seperti Jepang di era 1980-an yang menurut dan menunduk saja pada apa yang diperintahkan Presiden Ronald Reagan ketika itu. ”Kami bukan Jepang,” demikian pesan dari China.
Akibatnya terjadi friksi antara AS dan China. China telah mulai mengurangi impor daging dan gandum dari AS. Ini membuat para petani AS menjerit. Proses pengeluaran komponen otomotif Ford di pelabuhan-pelabuhan China diperlambat dengan alasan harus ada pengecekan secara saksama. Ford pun menghadapi masalah dalam proses produksi di China.
Di sisi lain, AS telah melarang perusahaan-perusahaan AS, lewat keputusan Mendag Wilbur Ross, menjual komponen yang diperlukan perusahaan telekomunikasi China, ZTE (Zhongxing Telecommunication Equipment) Corporation. AS melarang Qualcomm dan Corning menjual komponen ke ZTE, yang untuk sementara berhenti beroperasi di seluruh dunia.
Kini sedang muncul jeritan dari kedua sisi akibat friksi ini. Namun, muncul berita agak melegakan. Navarro dicoba dikucilkan dari setiap perundingan dagang AS-China. Adalah sikap Navarro yang memengaruhi Trump dan membuat penasihat ekonomi Trump, Gary Cohn, mundur dan digantikan Larry Kudlow.
Saling umpat
Mnuchin kini agak berubah dan mencoba tampil di depan untuk berhadapan dengan China. Pada perundingan dagang yang gagal di awal Mei di Beijing, Mnuchin bertemu sendirian dengan para pejabat China.
Navarro berang karena merasa dikucilkan. Akibatnya, keduanya dikabarkan terlibat adu mulut, seperti diberitakan situs berita Axios, 17 Mei 2018.
Navarro menuduh Mnuchin telah membawa tim AS ke dalam cara yang salah. Gedung Putih tidak bersedia berkomentar soal isu ini. Navarro dan Mnuchin juga tidak berkomentar soal isu ini. Namun, ada benang merah yang jelas, tim ekonom Trump ”retak”.
Di sisi lain, Mnuchin sedang coba meyakinkan Trump untuk mengurangi sikap keras terhadap China. Saran serupa diutarakan para pejabat senior dan pengamat China dari AS.
”China sekarang sangat berbeda dibandingkan dengan beberapa dekade silam. Posisi China kini lebih solid dalam kepemimpinan global dan sektor teknologi,” kata David Firestein, Direktur Eksekutif China Public Policy Center, University of Texas, Austin, yang dikutip kantor berita Xinhua, 17 Mei 2018.
Kiat Mnuchin agaknya berhasil. Navarro ”dialienasi” dalam perundingan dengan China. Dan keputusan itu mungkin tepat. Para pejabat China sudah lama memberi sinyal buruk soal Navarro.
Namun, di atas itu semua adalah cara Trump yang memang mau bertindak seenaknya. Hal ini bukan saja berlaku terhadap China, melainkan juga dengan para sekutu tradisional AS, seperti Uni Eropa dan Kanada.
Para pemilih Trump mungkin bangga dengan cara Trump yang dianggap bisa membawa kejayaan AS kembali dan mendukung cara ”kasar” Trump.
Namun, seperti ditegaskan tadi, China bukan Jepang. Eropa juga berprinsip demikian. ”Ini adalah soal kedaulatan Uni Eropa,” tegas Presiden Perancis Emmanuel Macron. Presiden ini juga meminta AS untuk tidak mendikte atau memaksa Uni Eropa dalam terminologi perdagangan internasional.
Intinya, AS memang harus berubah dalam cara berunding. Dunia ada bukan untuk melayani kepentingan AS. AS adalah bagian dari dunia. Ini kontekstual dengan perubahan tatanan ekonomi global. (AP/AFP/REUTERS)