Pada 2050 diperkirakan lebih dari dua pertiga orang di dunia akan tinggal di perkotaan. Meskipun dalam beberapa tahun ke depan jumlah penduduk perdesaan akan mencapai puncak, perlahan-lahan jumlahnya akan menurun. Populasi perdesaan global sekarang mendekati 3,4 miliar dan diperkirakan akan meningkat sedikit kemudian menurun menjadi 3,1 miliar pada 2050. Saat ini Afrika dan Asia adalah rumah bagi hampir 90 persen populasi perdesaan.
Sebaliknya, mendekati tahun 2050 banyak penduduk mulai mengalir ke kota. Ledakan penduduk urban akan terkonsentrasi di tiga negara, yakni India, China, dan Nigeria. Antara tahun 2018 dan 2050 populasi urban di India, China, dan Nigeria akan mencapai 35 persen dari proyeksi pertumbuhan populasi urban dunia. Pada 2050 diproyeksikan jumlah penduduk urban di India akan bertambah 416 juta orang, sementara di China dan Nigeria masing-masing akan bertambah 255 juta dan 189 juta orang.
Beberapa alasan yang mendorong laju urbanisasi adalah kontraksi ekonomi dan menurunnya tingkat kesuburan
lahan pertanian. Kajian tentang arus urbanisasi itu merupakan bagian dari laporan Divisi Populasi Departemen Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (DESA PBB) yang dipublikasikan pertengahan minggu lalu.
John Wilmoth, Direktur Divisi Populasi DESA PBB, mengatakan bahwa temuan itu, terutama terkait urbanisasi yang diperkirakan akan berkembang secara dramatis, diharapkan dapat membantu para pengambil kebijakan, terutama mereka yang bertanggung jawab untuk merancang kebijakan perkotaan.
Berkelanjutan
Ketika dunia terus mengalami urbanisasi, pembangunan berkelanjutan semakin bergantung pada keberhasilan manajemen pertumbuhan perkotaan, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah-rendah di mana laju urbanisasi diproyeksikan menjadi yang tercepat. Banyak negara akan menghadapi tantangan.
Setidaknya, otoritas perkotaan segera mempersiapkan diri menjamin terpenuhinya kebutuhan populasi perkotaan mereka yang terus bertambah, di antaranya perumahan, transportasi, energi dan infrastruktur, pekerjaan, serta layanan dasar, seperti pendidikan dan kesehatan.
Untuk itu, kebijakan terpadu untuk meningkatkan kehidupan penduduk perkotaan dan perdesaan mutlak diperlukan. Bagaimanapun, hubungan antara daerah perkotaan dan perdesaan harus diperkuat, sejalan dengan kebijakan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Untuk memastikan bahwa manfaat urbanisasi sepenuhnya dibagi dan inklusif, diperlukan kebijakan yang memastikan setiap warga mendapat akses yang sama pada infrastruktur dan layanan sosial. Fokus dari kebijakan itu adalah pemenuhan kebutuhan kelompok miskin perkotaan dan rentan lainnya, terutama terkait pemenuhan hak untuk perumahan, pendidikan, perawatan kesehatan, pekerjaan layak, serta lingkungan yang bersih dan aman. ”Ketika pertumbuhan urban sangat cepat, harus dipastikan ada akses ke perumahan, air, sanitasi, listrik, transportasi umum, pendidikan, dan perawatan kesehatan untuk semua warga. Ini sangat menantang,” kata Wilmoth.
Di sisi lain, konsentrasi penduduk juga dapat membantu meminimalkan dampak lingkungan manusia terhadap planet Bumi ini. ”Namun, tantangannya adalah di banyak negara, konsentrasi penduduk di perkotaan itu terjadi begitu cepat dan daerah kumuh berkembang makin besar sehingga dengan kondisi demikian tidak mungkin mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan seperti yang kita inginkan,” kata Wilmoth.
Dan, bagi dunia, mengelola pertumbuhan urban dan memastikan pertumbuhan berkelanjutan terpenuhi adalah tantangan nyata yang dihadapi....