Anwar Ibrahim dan Fajar Malaysia Baru (1)
Menyaksikan anak dan cucu berkembang tanpa kehadiran bapak dan kakek itu sangat menyakitkan. Hatinya pasti sangat pedih berada di penjara karena dizalimi, dijauhkan dari keluarga dan rakyat pendukungnya. Itulah yang dirasakan Anwar Ibrahim, tokoh oposisi Malaysia, yang berjuang selama 20 tahun. Namun, Anwar kuat menahankan aneka derita itu walau sempat berada di persimpangan.
”Menyakitkan … yang saya alami hendaknya tidak pernah dialami siapa pun. Cukup saya saja yang mengalaminya,” kata Anwar Ibrahim dalam wawancara dengan televisi Australia, ABC, Kamis (16/4/2018). Dia kini mensyukuri kebebasan yang telah diraih. ”Tak terlukiskan bahagianya menghirup udara kebebasan,” kata pria kelahiran 10 Agustus 1947 itu dalam wawancara di Pulau Penang.
Anda akan tahu makna kebebasan setelah mengalami penahanan seperti saya. Hal ini membuat Anda akan mengapresiasi tinggi arti kebebasan.
Anwar adalah pribadi yang bersahabat bagi media. Pengalaman Kompas bertemu dan berbicara dengannya memperlihatkan Anwar orang yang terbuka dan menyenangkan untuk tanya jawab. Dia sebisa mungkin menjawab apa saja. Mungkin pers malah kewalahan menanyakan isu apa lagi sebab dia tahu banyak hal dan tidak ada yang dia sembunyikan.
Sekeluar dari penjara, Anwar langsung melayani pers. Wawancara dengannya pun bertaburan, termasuk dengan TV3 Malaysia, yang pernah tidak berpihak kepadanya. ”Namun, kami tetap menyambut hal yang baik,” katanya. Pengalaman Anwar, dalam setiap kampanye, pemberitaan tentang kegiatan pihak oposisi sangat minim di media pemerintah.
Tentu dia juga sangat rindu bertemu dengan pendukungnya. Usai pembebasan yang dia dapatkan dari (Raja) Yang Dipertuan Agung Sultan Muhammad V di Kuala Lumpur, Rabu (16/5/2018), Anwar pamit. ”Saya sudah bertanya kepada Yang Dipertuan Agung apa saya boleh menemui pendukung dan dijawab boleh,” kata Anwar.
Anwar pun memuaskan rindu kepada pendukung yang sudah menyemut di Petaling Jaya, tak jauh dari Kuala Lumpur. Pendukung dari jauh pun berdatangan untuk mendengar orasinya. ”Sudah tiga tahun, ya, tidak bertemu…. Rindu saya tiada terkira,” kata Anwar yang sejak 2015 dipenjarakan untuk kasus yang tidak jelas.
Anwar pun menambahkan, untuk pembebasannya dia tidak perlu meneken apa pun karena dinyatakan tidak ada masalah sahih di balik tuduhan dan putusan hukum padanya di masa lalu. Anwar dua kali menjalami hukuman penjara, pertama pada 1999 di era kepemimpinan Perdana Menteri Mahathir Mohamad. Dia bebas pada 2004, salah satunya dengan syarat tidak boleh terlibat politik selama lima tahun.
Bagi sebagian pihak, kasus hukum Anwar tidak jelas dan dianggap bermotivasi politik. Itu semua dianggap hanya sebagai penyingkirannya dari pemerintahan dan politik. Namun, itu semua sudah usai.
Anwar pun semringah. Dia diliputi kegembiraan tiada tara. Aura wajah dan nada suara menandakan Anwar begitu bahagia. Itu dia nyatakan kepada pendukungnya. ”Terima kasih kepada Anda semua, siapalah saya tanpa Anda. Apalah saya tanpa dukungan Anda. Karena dukungan Anda, maka saya ada di sini,” demikian Anwar memberikan pidato pertama kepada pendukungnya, Kamis (17/5/2018).
”Dari penjara ke istana…. Seandainya kita kalah dalam pemilu, saya pasti balik lagi ke penjara… tetapi saya ada di sini karena Anda semua,” kata Anwar yang berapi-api.
Inilah kehidupan, kadang tidak bisa diduga apa yang akan terjadi. Anwar dan pendukungnya pun seperti saling melepas rindu yang mirip sebuah dahaga yang mendera dan terpuaskan sudah. Anwar dan pendukungnya tidak pernah khawatir akan nurani dan misi perjuangan yang mereka junjung selama 20 tahun.
Rasa haru
Anwar pun berterima kasih kepada semua lapisan masyarakat Malaysia. Kemenangan oposisi akibat dukungan rakyat pada pemilu parlemen Malaysia, 9 Mei 2018, telah mengubah arah.
Pakatan Harapan, sebuah koalisi partai oposisi Malaysia, meraih 121 dari total 222 kursi parlemen Malaysia.
Perolehan ini lebih dari 112 kursi yang dibutuhkan untuk pembentukan pemerintahan. Dalam koalisi Pakatan Rakyat, ada Partai Keadilan Rakyat yang dirikan Anwar bersama rekannya.
Kemenangan semakin mengukuhkan keyakinan akan kebenaran yang konstan dia pegang. Anwar memiliki daya tahan dan kesabaran walau terus-menerus dalam impitan dan tekanan. Keberadaannya di penjara tidak membuat rakyat lupa memberi dukungan.
Anwar memiliki daya tahan dan kesabaran walau terus-menerus dalam impitan dan tekanan.
Walau tentu untuk semua itu, istri Anwar, Wan Azzizah Wan Ismail, kelahiran tahun 1952 di Singapura, berjuang mewakili Anwar. Hal itu juga diemban salah satu putrinya, Nurul Izzah, yang menjadi anggota parlemen Malaysia dan terlibat politik demi melanjutkan perjuangan sang ayah.
Mereka menjadi perpanjangan tangan Anwar. Pemerintahan di bawah mantan Perdana Menteri Najib Rajak membuat Anwar terpaksa masuk bui di penjara Sungai Buloh pada 2015. Alasan pemenjaraannya mirip pengulangan kasus pemenjaraannya pada 1999 dan bebas pada 2004, dianggap bermotivasi politik.
Keadaan seketika berubah berkat pemilu 9 Mei. Kubu Anwar diliputi keharuan. ”Saya sangat terenyuh melihat dia kini telah bebas,” kata Ridzuan Ismail, seorang pendukung Anwar yang menantikannya di sebuah rumah sakit di Kuala Lumpur menjelang pembebasan.
Kolaborasi dengan Mahathir
Tentu kemenangan Pakatan Harapan tidak lepas dari dukungan Dr Mahathir Mohamad, pemimpin yang telah mengharumkan pamor Malaysia dalam perekonomian di kawasan. Mahathir adalah Perdana Menteri Malaysia periode 1981-2003.
Keprihatinan soal negara akhir-akhir ini di bawah Perdana Menteri Najib Rajak mendorong Mahathir membentuk partai baru bernama Partai Pribumi Bersatu Malaysia pada 9 September 2016. Berlanjut pada pada 8 Januari 2018, Mahathir mengumumkan bergabung dengan Pakatan Harapan untuk jabatan Perdana Menteri 2018 dengan sebuah rencana pembebasan Anwar dari penjara.
Mungkin benarlah seperti ucapan Lord Palmerston (John Henry Temple), negarawan Inggris, ”Tidak ada musuh permanen (dalam politik), yang ada hanyalah kepentingan….”
Koalisi gelisah dengan perkembangan Malaysia. Najib dinilai telah membawa pemerintahan ke arah tidak pas, termasuk dugaan korupsi. Malaysia juga disebut condong ke China. Najib sendiri berkali-kali membantah semua tuduhan. Dia mengatakan sektor keuangan negara terkendali dan keadaan Malaysia berjalan baik.
Anwar dan Mahathir, yang dulu pernah saling membenci, tidak sepakat dengan itu. Keduanya pun bersatu secara politik. Persatuan dua tokoh yang dulu memang kompak agak mengejutkan. Adalah Mahathir yang pernah memenjarakan Anwar dengan aneka tuduhan. Namun, koalisi mereka berhasil. Kemenangan koalisi mendudukkan lagi Mahathir sebagai PM di usia 92 tahun.
Kekaguman Mahathir secara langsung pada Anwar dan keluarga muncul. Ketika Mahathir bertanya kepada Wan Azizah, apakah bersedia sebagai PM, dijawab tidak. Azizah akhirnya kebagian posisi sebagai Wakil Perdana Menteri.
Hampir setiap orang akan mengambil kesempatan setelah kemenangan pemilu. Anwar dan keluarganya tidak seperti itu. Hanya saja Wan Azizah meminta satu hal, pembebasan Anwar. Mahathir mengatakan hal itu dilakukan segara.
Anwar pun mengatakan dia harus beranjak maju dan mengampuni segala kesalahan Mahathir. ”Saya sudah melupakan masa lalu,” kata Anwar.
Meski demikian, seperti kata Anwar, awalnya tidak mudah menjadi kerabat politik lagi untuk Mahathir, seperti diberitakan harian The Guardian, 19 Mei 2018. Keluarga pun menolak pada awalnya. Bagaimana bisa berbaikan lagi dengan orang yang dulu pernah menyiksa? Demikian opini yang sempat terlontar dari keluarga.
Penolakan pun sempat dinyatakan Anwar pada kesempatan pertama saat Mahathir menghubunginya pada awal Januari 2018.
Penolakan pun sempat dinyatakan Anwar pada kesempatan pertama saat Mahathir menghubunginya pada awal Januari 2018. Mahathir kemudian menghubunginya lagi. Kali ini, menurut Anwar, Mahathir berhasil meyakinkannya setelah percakapan dari hati ke hati di antara keduanya. Anwar mengatakan bahwa dia melihat kesediaan Mahathir melakukan reformasi. ”Saya percaya dan melihat komitmennya tentang reformasi,” kata Anwar.
Perubahan sikap ini disampaikan Anwar kepada keluarga dan sempat ditolak dengan segala argumentasi internal. Anwar pun coba membujuk bahwa melupakan masa lalu adalah hal terbaik demi negara. Keluarga pun bersedia.
Semuanya demi negara
Sebaliknya, Mahathir memuji Anwar. ”Adalah saya yang dulu pernah menyebabkan Anwar mamasuki penjara Sungai Buloh,” kata Mahathir pada 7 Januari 2018. ”Tidak semua pihak akan mudah menerima semua itu. Namun, bagi Anwar, dia memilih melupakan masa lalu dan melihat masa depan. Mereka telah menderita selama 20 tahun tetapi memilih melupakannya. Saya berutang budi dan menyatakan terima kasih bagi Anwar karena sanggup bekerja sama, termasuk dengan saya sendiri, untuk menyelamatkan negara yang bertuah ini,” kata Mahathir.
Nurul Izzah, yang juga menjadi politisi Malaysia, menuliskan artikel terkait ini. ”Banyak yang bertanya kepada saya, bagaimana gerakan reformasi kami bergabung dengan diktator yang sama, Mahathir Mohamad, yang memecat ayah saya pada 1998 dan menyaksikan penangkapannya, juga aksi brutal terhadapnya hingga pemenjaraannya,” demikian kutipan Nurul Izzah, yang menuliskan artikel di harian Inggris, The Guardian, Selasa (15/5/2018).
”Jawaban saya simpel bahwa kami harus teguh dan tidak membiarkan negara tenggelam menuju keterpurukan lagi dan PM Mahathir memiliki kesempatan kedua yang langka untuk memperbaiki semuanya,” demikian lanjutan kutipan artikel itu.
Dulu Anwar adalah penantang utama Mahathir dan pemerintahannya di masa lalu. Dalam berbagai kesempatan, Anwar pernah menegaskan bahwa dia tidak peduli akan dipermalukan, disudutkan. Pilihannya selalu adalah ”lawan”.
Anwar pernah mengatakan bahwa orang yang paling takut Anwar berkuasa dan menjadi perdana menteri adalah Mahathir. Sekarang Anwar menyatakan dengan tegas, ”Kita dukung Mahathir sebagai PM.” Dia memilih melupakan isu nepotisme yang dulu gencar dia cuatkan tentang Mahathir dan keluarga.
Karma berlaku?
Lalu bagaimana ke depan? Bagaimana dengan Najib? Kantor berita Reuters menyebutkan Najib juga coba mendekati Anwar. Tim Anwar menolak ajakan kerja sama. Pada 9 Mei malam usai pemilu, Anwar mengatakan, Najib mencoba lagi meneleponnya dua kali.
”Ketika dia menelepon pada malam usai pemilu, saya menyarankan sebagai sahabat agar menyerah saja dan mengakui kekalahan serta beranjak ke depan…. Anwar meminta Najib memberikan pernyataan publik ketimbang menunda dan dipersepsikan akan mengganggu proses,” kata Anwar.
Najib tidak mengatakan apa pun meski Mahathir menyatakan kemenangan beberapa jam setelah pemilu dimulai. Pada 10 Mei, Najib mengatakan tidak ada pemenang mayoritas dan konstitusi kerajaan akan memutuskan siapa yang berhak membentuk pemerintahan. ”Dia (Najib) menolak mengaku kalah secara dini.”
Menurut Anwar, Najib menelepon lagi. Apa yang bisa dia lakukan dan kepada siapa dia bisa berkonsultasi. Anwar menegaskan agar Najib jangan mendekatinya untuk sebuah kesepakatan. ”Bahkan, jika dia merujuk pada sebuah kesepakatan, saya pasti abaikan…. Jadi, saya hanya mendengarkannya berbicara. Setelah telepon kedua, dia benar-benar limbung,” kata Anwar. Najib tidak bisa dijangkau untuk konfirmasi, seperti diberitakan Reuters.
Lalu apa rencana berikut soal Najib? ”Saya tidak memiliki dendam pribadi,” kata Anwar. Namun, dia menegaskan, jika ada perbuatan Najib yang merugikan kepentingan rakyat selama memimpin, itu harus dipertanggungjawabkan secara hukum. Kepada televisi Singapura, Channel News Asia, Anwar menyebut karma telah terjadi. (REUTERS/AP/AFP)