JAKARTA, KOMPAS Sejumlah perubahan positif dalam kebijakan luar negeri Indonesia dari waktu ke waktu menunjukkan potensi Indonesia menjadi negara adidaya di kawasan Indo-Pasifik. Sebuah strategi besar yang tepat diperlukan untuk mewujudkan potensi itu, khususnya jika Indonesia mau mengambil kesempatan tersebut.
Hal itu mengemuka dalam bedah buku bertajuk Indonesia’s Foreign Policy and Grand Strategy in the 21st Century: Rise of an Indo-Pacific Power karya Vibhansu Shekhar yang digelar Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Rabu (30/5/2018).
Shekhar adalah peneliti senior di ASEAN Study Center American University, Washington, AS. Kepala BPPK Siswo Pramono hadir sebagai pembicara kunci. Sekhar mempresentasikan bukunya dan dibahas dua narasumber, yakni Kepala Departemen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara Tirta N Mursitama dan Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte.
Buku itu meneliti perubahan-perubahan kebijakan luar negeri Indonesia selama abad ke-21 dalam upaya Indonesia memosisikan diri sebagai negara besar di kawasan Indo-Pasifik. Pertumbuhan Indonesia sepanjang abad ke-21 menarik dilihat dari sisi domestik dan global. Meski status meningkatnya pengaruh Indonesia kerap didiskusikan, masih sering diperdebatkan bagaimana posisi Indonesia sesungguhnya sekaligus apa yang telah ditempuh Indonesia.
Menurut Shekhar, kawasan Indo-Pasifik menegaskan sudut pandang bukunya, yakni bagaimana negara-negara yang pengaruhnya tengah tumbuh menjelaskan status yang diinginkan pemerintah negara-negara di dunia internasional. Status itu menjelaskan aneka perilaku internasional atas proyeksi yang diinginkan sebuah negara, khususnya terkait status baru yang ingin disandang. Hal itu, kata Shekhar, juga tampak pada Indonesia.
”Meski sejumlah pemimpin telah menambahkan gaya dan karakteristik yang berbeda atas narasi pertumbuhan pengaruh Indonesia, ada sejumlah tren menyeluruh yang tak terhindarkan yang memperlihatkan peningkatan korelasi antara sebuah negara yang pengaruhnya meningkat dan ambisinya tumbuh di tingkat internasional,” ucapnya.
Shekhar mengungkapkan, bukunya disusun berdasarkan empat strategi kunci yang tampak pada Indonesia sebagai negara yang pengaruhnya meningkat, yakni kanvas regional yang diperluas, proyeksi kekuatan, proyeksi kepemimpinan, dan pencarian paritas daya yang besar. Keempatnya memperlihatkan keinginan Indonesia yang tumbuh secara konsisten untuk mencapai sebuah status sebagai respons terhadap ketidakpastian di kawasan Indo-Pasifik.
Perlu strategi tepat
Philips J Vermonte menyatakan, buku Sekhar menunjukkan secara lengkap capaian-capaian diplomasi Indonesia. Capaian itu sangat terlihat di era reformasi. Meski memiliki potensi-potensi untuk menjadi negara besar, Indonesia memerlukan strategi yang tepat untuk mewujudkan hal itu.
”Sejauh ini Indonesia melihat sebagai penyeimbang dan pembawa perdamaian. Kita punya kekuatan yang ditunjukkan Shekhar dalam bukunya,” katanya.
Pilihan pemerintahan Joko Widodo untuk lebih melihat ke dalam, menurut Philips, justru menunjukkan pada dunia luar tentang kekuatan dan potensi yang dimiliki Indonesia.
Siswo Pramono menyatakan, konsep Indo-Pasifik adalah terobosan untuk meningkatkan perekonomian di kawasan Indo-Pasifik. Dalam mencapai hal itu, ditegaskan bahwa sentralitas ASEAN menjadi faktor penting. Hal ini tidak terlepas dari ASEAN sebagai kawasan yang damai dan stabil selama ini.
Tirta Mursitama menyatakan, perlu dilihat lagi dan lebih jauh apakah Indonesia ingin menunjukkan statusnya atau sedang menuju pada posisi sebagai negara adikuasa ataukah Indonesia yang berpengaruh besar, tetapi tanpa memperlihatkan itu secara terbuka. Aneka pandangan tersebut dinilai mengemuka dan bakal menentukan strategi Indonesia selanjutnya. (BEN)