Korut Harus Beri Bukti, Dunia Perlu Beri Kepercayaan
Oleh
·3 menit baca
SINGAPURA, MINGGU Rencana pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dimatangkan setelah Trump memastikan pertemuan itu tidak jadi batal, Sabtu lalu. Pengumuman disampaikan oleh Trump setelah menerima surat dari Kim Jong Un yang disampaikan utusan khususnya, Kim Yong Chol, di Gedung Putih.
”Saya mengharapkan akan ada hasil yang positif dari pertemuan dengan Korut,” ujar Trump.
Presiden AS menyatakan, salah satu hasil pertemuan itu kemungkinan adalah kesepakatan untuk mengakhiri Perang Korea (1950-1953) secara formal. Perang Korea belum berakhir dengan kesepakatan damai, tetapi baru dengan kesepakatan gencatan senjata. Karena belum ada kesepakatan damai, Korut, Korea Selatan, dan AS saat ini masih berstatus perang.
”Kami membicarakan cara untuk mengakhiri perang. Hal ini penting, tetapi kita lihat saja nanti di pertemuan,” kata Trump.
Selain isu mengakhiri Perang Korea, dalam pertemuan itu juga akan dibahas perlucutan nuklir di Semenanjung Korea. Sejak awal, AS meminta Korut menghentikan pengembangan nuklir dan rudal. Di sisi lain, Korut minta jaminan tak diserang AS, terutama oleh pasukan AS di Korsel.
Namun, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis di Singapura, Minggu (3/6/2018), menyatakan, keberadaan pasukan AS di Korsel tak akan dibahas dalam pertemuan tingkat tinggi di Singapura, 12 Juni mendatang. Alasannya, hal ini merupakan masalah antara AS dan Korsel mengingat AS diundang untuk bermarkas di Korsel. Saat ini terdapat 28.000 tentara AS di Korsel.
”Keberadaan pasukan AS di Korsel adalah isu yang berbeda dari isu nuklir Korut,” kata Menteri Pertahanan Korsel Song Young-moo.
Mattis mengingatkan, fokus pertemuan Singapura adalah membahas perlucutan nuklir. AS hanya memberi bantuan kepada Korut jika Pyongyang terbukti menghentikan program nuklir.
Ia mengatakan, proses perundingan ini tidak akan mudah. ”Resolusi sanksi dari Dewan Keamanan PBB pada Korut tetap dilanjutkan dan bantuan hanya diberikan kalau Korut membuktikan komitmen perlucutan,” ujar Mattis.
Hal senada diutarakan Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera. Menurut dia, solusi krisis nuklir Korut jelas ditempuh lewat jalur diplomasi dan kerja sama pertahanan yang kuat antara AS dan negara sekutu di Asia. ”Jepang, Korsel, dan AS sepakat untuk tetap menekan Korut,” kata Onodera seusai bertemu dengan Mattis dan Song Young- moo di sela-sela pertemuan pertahanan di Singapura.
Pengalaman masa lalu
Sebelum Korut menunjukkan bukti komitmen untuk meninggalkan program nuklir, menurut Onodera, sebaiknya dunia tidak memercayai Korut. Harus ada langkah konkret melucuti rudal dan nuklir.
Kesulitan percaya kepada Korut merupakan akibat pengalaman masa lalu. ”Perdamaian di Semenanjung Korea membutuhkan tindakan konkret Korut,” kata Onodera.
Korut pernah berdialog dan bahkan menandatangani kesepakatan untuk melucuti nuklir pada 1994 dan 2005 dengan imbalan bantuan ekonomi. Namun, Korut ternyata melanjutkan program nuklir hingga terjadi uji coba nuklir pertama pada 2006. Sejak itu, Korut dikenai sanksi oleh Dewan Keamanan PBB.
Presiden Korsel Moon Jae-in tidak percaya Korut tak dapat diajak berunding. Maka, Moon bertekad mengajak Korut kembali ke meja perundingan untuk menyelesaikan masalah lama. Guna meyakinkan Korut, Moon berjanji tidak menggulingkan rezim Kim Jong Un.
Song meminta dunia memberikan kepercayaan kepada Korut. Menurut dia, perlu ada bukti dari Korut dan ia yakin Kim Jong Un dapat memenuhinya.