Seorang wartawan kantor berita masih ingat, pada tahun lalu, sangat sulit untuk mendapatkan komentar warga Korea Selatan mengenai Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. ”Saat ditanya tentang Kim Jong Un, orang cenderung tidak mau berkomentar,” kata Hyun Young-yi dalam laporannya di televisi Reuters, Jumat (8/6/2018).
Pemimpin bertubuh tinggi besar itu dulu dicitrakan sebagai pria yang mencari musuh dan mengancam. Uji coba sejumlah rudal yang dilakukan Korut telah membuat banyak warga Korsel ketakutan. Dengan sikapnya yang tak peduli dengan kecaman dunia, Kim Jong Un digambarkan sebagai pria keras kepala, zalim, serta tak kenal kompromi.
Namun, semua ini mendadak berubah setelah Kim Jong Un pada April lalu untuk pertama kalinya bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jae-in di wilayah zona demiliterisasi (DMZ). Popularitas Kim Jong Un langsung meroket.
Survei Gallup terbaru menyebutkan, 65 persen warga Korsel melihat sisi positif Kim Jong Un. Padahal, pada tahun lalu, sangat sedikit orang yang bicara positif tentang dirinya. Dari survei oleh lembaga yang sama, waktu itu jumlahnya tak lebih dari 10 persen.
”Wabah” Kim Jong Un kini terjadi di banyak tempat di Korsel. Yang paling mencolok adalah gambar wajahnya di gelas-gelas kopi yang dijual kafe-kafe di Seoul. Konsumen rupanya menyukai gambar wajahnya yang ditorehkan dalam krim di atas kopi. Tentu saja, di situ wajah Kim Jong Un tersenyum. Ada juga kafe yang memadukan gambar Kim Jong Un dan Presiden Moon.
”Saya menyaksikan pertemuan puncak antar-Korea dan sangat terkesan,” kata Kim Jeong-il, seorang pemilik kafe. Kebetulan namanya mirip dengan nama ayah Kim Jong Un, yakni Kim Jong Il. ”Toko saya bernama In & Out, dan saya membuat kopi latte berdoa untuk perdamaian dengan harapan kami dapat ’masuk dan keluar’ Korsel serta Korut,” katanya.
Presiden Moon dalam pertemuan kedua dengan Kim Jong Un, Mei lalu, menyampaikan soal popularitasnya
yang belakangan meroket. Kabarnya, Kim Jong Un menyampaikan bahwa hal itu membuatnya lega.
Senyum yang efektif
Sekarang, wajah Kim Jong Un diseruput dengan penuh perasaan. Namun, beberapa tahun sebelumnya, Pemerintah Korsel sangat peka dengan nama Kim Jong Un. Ratusan orang ditahan dengan tuduhan melanggar peraturan yang melarang ”tindakan memuji, mendukung atau melakukan propaganda” untuk masyarakat Korut. Pemerintah juga menghentikan operasi sejumlah situs internet terkait dengan hal tersebut.
Ketika itu, bisnis harus berpikir dua kali untuk ”menjual” Kim Jong Un.
Pengecualian dilakukan terhadap Gym88. Tempat kebugaran olahraga bela diri tinju di Seoul ini sudah menggunakan gambar Kim Jong Un selama dua tahun terakhir. Promosinya cukup menarik.
”Berat badan Anda juga akan berkurang”, begitu isi tulisan dalam spanduk dengan gambar besar Pemimpin Korut itu bersebelahan dengan perempuan mengenakan bikini. Pemilik tempat kebugaran yang tak bersedia disebut namanya itu mengatakan, kendati ada peraturan dan perasaan marah terhadap Kim Jong Un, tidak ada kritik yang dia terima sejak memasang spanduk tersebut.
Sejumlah ahli mengatakan, perubahan persepsi terhadap Pemimpin Korut itu terjadi karena Kim Jong Un tak lagi memperlihatkan wajah permusuhan dalam penampilan belakangan ini. ”Dia menggunakan kekuatan senyum secara efektif dalam pertemuan puncak antar- Korea,” kata Park Young-sil, seorang konsultan penampilan.
Kim Jong Un ketika itu bukan hanya melempar senyum. Dalam pertemuan kedua kalinya dengan Moon, dia berpose memberi salam dengan mencium ke udara. Park melihat strategi ini mengekspresikan secara psikologi Kim Jong Un semakin dekat dengan Moon.
Kedua pemimpin dalam kurun waktu hanya satu bulan telah melakukan dua kali pertemuan. Pertemuan kedua, Mei, malah terjadi di luar dugaan, yakni di tengah isu tak sedap tentang kemungkinan batalnya pertemuan puncak antara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Rakyat Korsel yang sudah sangat berharap pertemuan bersejarah itu terwujud menimpakan kekesalan terkait isu pembatalan kepada Trump. Mereka tidak menyalahkan Kim Jong Un yang selama ini menjadi musuh bangsa.
Jika hasil pertemuan Trump dan Kim Jong Un di Singapura, 12 Juni, sesuai dengan harapan, yakni adanya komitmen perlucutan senjata nuklir, tidak ada lagi alasan bagi rakyat Korsel untuk membenci Kim Jong Un. Namun, bagi sebagian orang, ia tetap merupakan pemimpin yang ”jahat”.
Seorang mantan tentara Korsel, Kim Sang-jin, yang kini sangat anti-Korut, menuduh pemerintah dan pers membodohi rakyat dengan hanya menekankan sisi lunak Kim Jong Un demi terwujudnya pertemuan puncak Korut-AS. Menurut dia, semua itu adalah ”pertunjukan perdamaian palsu”. (REUTERS/RET)