Roma, Senin Sejak Minggu (10/6/2018) malam, kapal penyelamat Aquarius yang berhasil mengevakuasi 629 migran di Laut Tengah tidak bisa merapat karena ditolak Pemerintah Italia ataupun Pemerintah Malta. Di antara para penumpang itu, terdapat 11 anak kecil, 123 anak tanpa pendamping, serta 7 perempuan hamil.
”Kondisi orang-orang yang kami selamatkan itu sangat sulit, sedikitnya 50 orang berisiko tenggelam. Kami tidak tahu mereka harus dibawa ke pelabuhan mana,” kata awak Aquarius, Alessandro Porro.
Pemerintahan populis Italia yang baru saja dilantik sudah menegaskan tidak akan lagi menerima migran masuk ke Italia dan akan segera mendeportasi migran yang berada di Italia. ”Mulai hari ini, Italia juga akan mengatakan ’tidak’ terhadap penyelundupan manusia,” kata Mendagri Italia Matteo Salvini melalui akun Twitter-nya.
Salvini selama ini mengecam negara-negara Eropa yang tidak menunjukkan solidaritas pada Italia dalam penanganan krisis migran sejak 2015.
Salvini yang berasal dari Partai Liga dan koalisinya, Menteri Transportasi Danilo Toninelli dari Partai 5 Bintang, dalam pernyataan bersama menyebutkan, para migran tersebut merupakan tanggung jawab Malta. ”Malta harus membuka pelabuhan-pelabuhannya bagi ratusan migran yang diselamatkan kapal LSM Aquarius,” sebut pernyataan bersama itu.
Salvini menegaskan, Laut Tengah merupakan laut yang berhadapan dengan sejumlah negara. Malta tak bisa beranggapan Italia akan terus menangani fenomena ini sendirian.
Sebaliknya, Malta menegaskan, mereka tak akan membuka pelabuhannya bagi para migran karena Malta mengikuti aturan internasional. Menurut Malta, Aquarius mengevakuasi penumpang di tempat otoritas
Roma mengoordinasi operasi SAR. ”Sementara Pusat Koordinasi Malta tidak berkompeten dan tidak memiliki otoritas koordinasi,” tulis pernyataan resmi Malta.
Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte telah berbicara dengan PM Malta Joseph Muscat. Conte meminta Malta ”untuk paling tidak memberikan bantuan kepada penumpang yang kesulitan di kapal Aquarius”. Namun, penolakan Malta, kata Conte, menunjukkan keengganan negara itu, dan juga Eropa, untuk menengahi situasi darurat.
Perselisihan Malta dan Italia terjadi setelah otoritas Malta menolak membantu penyelamatan 126 migran yang dievakuasi kapal Seefuchs. Kapal ini akhirnya diperbolehkan mendarat di Pelabuhan Sicilia, Italia, Sabtu.
Tawaran Spanyol
Di tengah kemelut itu, Spanyol Senin (11/6/2018), menawarkan menerima kapal Aquarius ke pelabuhan di Valencia. PM Spanyol Pedro Sanchez yang baru saja dilantik menginstruksikan aparatnya agar menghormati komitmen internasional dalam menghadapi krisis kemanusiaan dan mengumumkan siap menerima Aquarius. ”Ini adalah kewajiban kita untuk membantu dan menghindari katastrofe kemanusiaan,” kata Sanchez.
Sebelumnya, Wali Kota Taranto, Italia, Rinaldo Melucci dan Wali Kota Napoli Luigi de Magistris juga menawarkan
untuk membuka pelabuhan di kotanya.
”Jika menteri yang tak punya hati itu meninggalkan para perempuan hamil, anak-anak, orang tua dan manusia sampai tewas, Pelabuhan Napoli siap menampung mereka,” tulis De Magistris di Twitter.
Badan Pengungsi Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga meminta Italia dan Malta menghentikan kebuntuan politik, mencari solusi, dan memberikan pertolongan.
”Ini soal manusia. Prioritas Malta ataupun Italia adalah menjamin orang-orang ini memperoleh penanganan yang dibutuhkan,” kata Juru Bicara Komisi Eropa, Margaritis Schinas,