Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sebelum jamuan makan malam Konferensi Masa Depan Asia di Tokyo, Jepang, Senin (11/6/2018). Kalla juga akan menjadi pembicara dalam konferensi yang mengangkat tema ”Bagaimana Menjaga agar Asia Terbuka untuk Mencapai Kemakmuran dan Stabilitas” tersebut.tokyo, KOMPAS Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengingatkan para pemimpin Asia agar selalu menjaga dan mempertahankan investasi jangka panjang untuk membangun masa datang Asia tanpa memandang asal-usul wilayah dan negara ataupun sosial kemasyarakatan. Kunci menjaga masa datang Asia, selain sangat ditentukan oleh investasi sumber daya manusia melalui pendidikan dasar dan tinggi, juga ditentukan upaya pertukaran promosi di masyarakat dan pembangunan konektivitas infrastruktur.
”Intinya adalah memperkuat investasi jangka panjang masyarakat Asia, yang sangat ditentukan oleh pendidikan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peningkatan konektivitas dan infrastruktur. Tanpa itu, semakin jauh kita mencapai masa datang Asia yang gemilang,” ujar Abe sebelum jamuan makan malam bagi peserta Konferensi Internasional ke-24 tentang Masa Datang Asia, yang diselenggarakan koran ekonomi Nikkei di Tokyo, Jepang, Senin (11/6/2018) malam.
Jamuan makan malam itu dihadiri Presiden dan CEO Nikkei Naotoshi Okada, dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang duduk diapit PM Malaysia Mahathir Mohamad dan Deputi PM Korsel, yang juga Menteri Strategi dan Keuangan Korsel Kim Dong-yeon. Konferensi akan dimulai Selasa ini dan akan dibuka langsung oleh Abe. Wapres Kalla dan pemimpin lainnya juga dijadwalkan berpidato di konferensi.
Menurut Abe, di tengah Revolusi Industri Generasi Keempat, investasi jangka panjang di masa mendatang tak mengenal batas-batas waktu, wilayah, dan negara, apalagi latar belakang dan asal-usul masyarakat. ”Tantangannya, bagaimana kemajuan pengetahuan dapat mengambil posisi yang tepat dalam menerapkan kebijakan antarorang per orang,” ujarnya.
Saat ini, untuk menopang masa datang Asia, kata Abe, diperlukan penopang konektivitas dan infrastruktur yang berkualitas, bukan sekadar infrastruktur yang biasa dan sederhana. ”Hari ini, saya akan memberi pengantar bagaimana langkah pertama meningkatkan pendidikan dan tantangan ilmu pengetahuan, yang akan menjadi dasar dari setiap pengajuan pembangunan infrastruktur menyeluruh,” katanya.
Langkah-langkah itu, lanjut Abe, akan dilakukan Pemerintah Jepang dengan meningkatkan investasi sumber daya manusia pada pendidikan. Untuk menopang hal itu, Pemerintah Jepang melibatkan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) dan perwakilan lembaga donor lainnya di Jepang.
”Dalam lima tahun ini, lebih dari 2.000 anak muda dari Asia, Afrika, Amerika Latin dan Karibia, serta Timur Tengah diundang ke Jepang untuk menimba pendidikan serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan mereka kuasai,” ujar Abe.
Terkait hal itu, Wapres Kalla sebelumnya menyatakan, masa datang Asia ditentukan sumber daya manusia yang tak hanya berpendidikan, tetapi juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki kemauan keras mewujudkan konektivitas dan infrastruktur antarwilayah.
”Pengiriman siswa dan mahasiswa serta tenaga perawat dan lainnya ke Jepang sudah dijalankan pemerintah secara berkala dan semakin meningkat. Hal itu akan terus ditingkatkan. Lewat kementerian ataupun lembaga-lembaga yang ada, peningkatan kemampuan pendidikan dan keahlian dijalankan,” kata Kalla.
Organisasi baru
Saat berbicara dalam konferensi, Mahathir mengajak negara-negara kecil, termasuk Malaysia, bersatu melawan Amerika Serikat yang kini berubah menjadi proteksionis. Untuk itu, perlu dipikirkan ada organisasi baru di Asia.
”Kalau Amerika sebagai sebuah negara besar dengan ekonomi terbesar di dunia yakin dengan pembatasan perdagangan, hal ini tidak bisa dibenarkan,” katanya.
”Di masa lalu, Amerika ingin memaksakan kehendaknya di organisasi-organisasi internasional, baik kita ikut maupun yang lain, kita harus membayar mahal. Itu bukan cara negara-negara harus bersikap terhadap negosiasi,” kata pemimpin berusia 92 tahun ini dalam pidatonya. ”Semua negara harus mempunyai suara yang sama,” katanya.
Mahathir mengatakan, ia sedang berpikir perlunya ada organisasi baru di Asia tempat negara-negara dengan kemampuan berbeda akan bersaing dengan wajar. Negara-negara di kawasan seharusnya juga hanya mempunyai satu kelompok perdagangan dengan pemikiran yang sama.
(AFP/REUTERS/RET)