BEIJING, JUMAT – Pemerintah China berang terhadap Amerika Serikat yang berencana mengenakan tarif impor 50 miliar dollar AS atas produk-produk China sejak Jumat (15/6/2018). Beijing bersumpah “segera” membalasnya jika langkah Washington itu sampai menghancurkan kepentingan China.
Presiden AS Donald Trump dilaporkan menyetujui rencana pemberlakuan tarif puluhan miliar dollar AS atas produk impor dari China sejak Jumat (15/6/2018) waktu Washington DC. Trump ingin memenuhi janji kampanye, yakni memberantas praktik perdagangan China yang dinilainya tidak adil.
Dalam pertemuan pada Kamis (14/6/2018) waktu Washington DC, pemerintah Trump berniat menerapkan tarif sekitar 50 miliar dollar (setara Rp 698,6 triliun) atas produk impor dari China.
Daftar tarif baru itu akan dikenakan pada 800 kategori produk. Jumlah itu turun dari 1.300 kategori produk yang ditetapkan sebelumnya.
"Jika AS mengadopsi langkah proteksionisme unilateral dan merusak kepentingan China, kami akan segera bereaksi dan mengambil langkah yang diperlukan demi melindungi secara tegas hak-hak dan kepentingan kami yang sah," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, Jumat.
Washington sebenarnya belum secara terbuka untuk mengatakan kapan pengenaan tarif tersebut akan diberlakukan. Meski demikian, beredarnya berita tersebut telah membuat perdagangan di pasar saham Shanghai turun ke level terendah sejak Setepmber 2016.
Beijing telah berjanji bahwa setiap tarif yang dikenakan AS akan menggangu dan bahkan dapat membatalkan semua proses yang telah disepakati dalam perundingan perdagangan baru-baru ini antara Beijing dan Washington. China juga mematok tarif yang sama, 50 miliar dollar atas barang impor dari AS.
"Semua hasil negosiasi (yang telah dilakukan sebelumnya) tidak akan berlaku," ujar Geng dalam sebuah keterangan rutin dengan media di Beijing, Jumat ini.
Menurut Geng, Kementerian Perdagangan China telah menyampaikan respons formal terhadap kebijakan unilateralisme AS pada awal April lalu, ketika saat itu pemerintahan Trump untuk pertama kalinya mengumumkan rencana pengenaan tarif impor atas produk-produk China itu.
Trump telah menerapkan tarif pada impor baja dan aluminium dari Kanada, Meksiko, dan Eropa. Tarif yang tengah disiapkan terhadap produk China diperkirakan akan memicu perang dagang yang melibatkan dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Sedangkan daftar barang yang bakal dikenai tarif impor oleh China di antaranya adalah barang ekspor terbesar AS ke China seperti kedelai, mobil, daging sapi beku, dan wiski.
Jika perang dagang itu sampai terjadi antara China dan AS, pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut akan terhambat dan menjadi lambat, kata para analis.
Pada Maret 2018, AS mengumumkan tarif baru senilai 50 miliar AS untuk impor barang China. AS juga mengklaim kalau China mencuri kekayaan intelektual AS. Bejing langsung menanggapi dengan mengumumkan tarif 50 miliar dollar juga untuk impor barang AS.
Bejing sejauh jauh-jauh hari telah memperingatkan bahwa China akan mengambil tindakan terhadap AS. Pada Maret 2018, tercatat, Komisi Tarif Bea Cukai China meningkatkan tingkat tarif pada produk daging babi dan skrap aluminium sebesar 25 persen.
Sementara pengenaan tarif impor 15 dari 120 produk AS lainnya seperti almond, apel hingga buah beri. China menerapkan tarif baru untuk daging, buah, dan lainnya sebagai pembalasan atas AS.Hal itu memicu ketakutan akan perang dagang potensial antara dua negara ekonomi terbesar dunia.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan dampak negatif kebijakan Presiden Trump itu. Direktur IMF Christine Lagarde minta AS tidak jalan sendiri dan "bekerja secara konstruktif"dengan mitra-mitra dagangnya.
Lagarde mengharapkan Washington dapat menyelesaikan sengketa perdagangan dan menahan diri dari penerapan sanksi tarif impor.
Menurut laporan IMF, penerapan tarif impor kemungkinan akan membawa dunia menjauhi "sistem perdagangan yang terbuka, adil, dan berbasis aturan, dengan dampak buruk bagi ekonomi AS dan bagi mitra dagangnya."(AFP/REUTERS/AP)