BEIJING, SELASA - Kementerian Perdagangan China menyatakan, rencana kebijakan tarif terbaru yang diarahkan kepada Beijing oleh Pemerintah Amerika Serikat merupakan tekanan sekaligus pemerasan. Beijing menyatakan kekecewaannya karena hal itu dinilai sebagai penyimpangan terhadap negosiasi sekaligus konsensus yang telah tercapai atas kedua negara. China yakin hal tersebut menimbulkan kekecewaan bagi masyarakat internasional.
”Jika AS menjadi tidak rasional dan mengeluarkan daftar ini, China tidak memiliki pilihan selain mengadopsi tindakan penanggulangan yang kuat dengan jumlah dan kualitas yang sama,” demikian pernyataan resmi Kementerian Perdagangan China di Beijing, Selasa (19/6/2018).
Awal pekan ini, Presiden AS Donald Trump mengarahkan Perwakilan Perdagangan AS untuk menyiapkan tarif baru sebesar 200 miliar dollar AS atas produk impor China. Hal itu semakin memanaskan kondisi perang dagang antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
Tarif yang diinginkan oleh Trump ditetapkan pada tingkat 10 persen itu akan menjadi babak mutakhir dalam perselisihan yang kian panas atas ketidakseimbangan perdagangan antara China-AS. Namun, tidak disebutkan kapan kebijakan itu akan diberlakukan, termasuk apakah mengikuti pengumuman sebelumnya soal tarif yang akan diberlakukan mulai 6 Juli nanti.
Peringatan bagi yang lain
Trump baru-baru ini telah memerintahkan tarif senilai 50 miliar dollar AS atas barang-barang China sebagai pembalasan atas pencurian kekayaan intelektual oleh Beijing. China meresponsnya dengan mengumumkan pemberlakuan kenaikan bea masuk impor barang-barang dari AS.
Tindakan balasan oleh China itu mengundang kemarahan Trump. Ia menuduh Beijing bergeming atas sikap yang tidak adil terhadap Washington.
”China tampaknya tak berniat mengubah praktik tidak adil terkait dengan pengambilalihan kekayaan intelektual dan teknologi Amerika,” ujar Trump, Senin (18/6). ”Alih-alih mengubah praktik-praktik itu, sekarang justru mengancam perusahaan-perusahaan AS, pekerja, dan petani yang tidak berbuat salah.”
Trump menambahkan bahwa kebijakan terkait tarif teraktual itu akan berlaku jika China menolak untuk mengubah kebijakannya. Hal itu termasuk jika Beijing bersikeras untuk terus maju dengan tarif baru yang telah diumumkan sebagai respons atas kebijakan tarif Washington sebelumnya.
Eskalasi perselisihan AS-China dinilai berfungsi sebagai peringatan bagi mitra dagang lain dengan siapa Trump berseteru. Dalam hal ini Kanada dan Uni Eropa termasuk di dalamnya.
Langkah itu dengan cepat menarik pujian dari mantan penasihat senior Trump, Steve Bannon. Hal itu, menurut dia, menjadi penegas Trump terhadap China dan negara lain bahwa AS tidak akan mundur jika menyangkut agresi ekonomi.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, pasar global bereaksi terhadap ketegangan perdagangan antara AS- China. Menurut dia, klaim terbaru China tentang ”keterbukaan dan globalisasi” adalah sebuah ”lelucon.” Dia menambahkan bahwa China adalah ”pemerintah ekonomi pemangsa” yang telah berlangsung lama. (AP/AFP/BEN)