DUBAI, Rabu Pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengklaim telah menguasai bandara Hodeidah. Selain itu, mereka juga menyatakan berhasil merangsek ke kantong-kantong pertahanan Houthi. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengkhawatirkan kemungkinan lumpuhnya bandara dan pelabuhan yang berakibat terhentinya pasokan bantuan bagi korban kelaparan.
Klaim pihak koalisi yang mendukung pemerintah disampaikan oleh komandan koalisi untuk wilayah Laut Merah Abdul Salaam al-Shehi. ”Bandara sepenuhnya bersih. Alhamdulillah dan berada dalam penguasaan,” katanya dalam pernyataan yang dikeluarkan Rabu (20/6/2018).
Juru bicara koalisi, Turki al-Maliki, secara terpisah dalam wawancara dengan televisi Al Arabiya mengatakan, ”Kami menghancurkan sarang Houthi dekat bandara.”
Bandara Hodeidah sejak tahun 2014 dikuasai pemberontak Houthi. Kendati sudah tidak lagi digunakan untuk penerbangan internasional, tempat ini sangat penting karena digunakan sebagai pangkalan pemberontak menyalurkan bahan dari pantai sampai ke kota di bagian selatan.
Pasukan pemerintah yang didukung Uni Emirat Arab mengatakan, mereka telah merebut landasan pacu bagian selatan. Brigade Amalega lebih jauh dalam pernyataannya mengatakan, mereka sudah maju hingga ke dekat jalan yang menghubungkan bandara dengan ibu kota Sana’a.
Warga sekitar mengatakan, pertempuran di bandara sudah mereda, tetapi pesawat tempur koalisi mengebom posisi yang dikuasai Houthi. PBB mengatakan, sebanyak 5.200 keluarga meninggalkan rumah mereka ketika pasukan propemerintah maju ke Laut Merah.
PBB memperingatkan setiap serangan ke pelabuhan Hodeidah bisa melumpuhkan pelayaran yang diperlukan untuk menyalurkan bantuan bagi 8,4 juta rakyat Yaman yang kelaparan.
Pertempuran
Koalisi mulai melakukan serangan sejak pekan lalu. Pasukan pemerintah berhasil menerobos pagar yang mengelilingi bandara sejak Selasa. Pertempuran kedua pasukan berlangsung sengit. Sebanyak 33 tentara pemberontak dikabarkan tewas dalam pertempuran tersebut, sedangkan dari pihak koalisi, sebanyak 19 tentara mereka dikabarkan tewas.
Utusan PBB Martin Griffiths memimpin pertemuan empat hari di ibu kota Sana’a untuk mencegah terjadinya pertempuran di kota itu. Namun, Selasa lalu dia meninggalkan Sana’a dan terobosan yang diharapkan tidak dicapai.
Pemerintah Yaman dan sekutunya dikabarkan mendesak Houthi untuk keluar dari pelabuhan Hodeidah dan menyerahkan pelabuhan itu di bawah pengawasan PBB. Houthi menolaknya. Mereka setuju jika sebagian pelabuhan diawasi bersama PBB.
Sejak konflik berkecamuk di Yaman, diperkirakan 10.000 orang tewas, sebagian besar adalah warga sipil. Selain itu, jutaan orang terpaksa melarikan diri dari tempat tinggal mereka. Yaman kini dilanda masalah besar berupa kelaparan dan wabah penyakit. Bantuan internasional kerap terkendala karena alasan politis dari pihak yang berkonflik. (AFP/AP/REUTERS/RET)