Mesir Jadi Sarana untuk Garap Pasar Afrika
KAIRO, KOMPAS — Indonesia terus berusaha menjadikan Mesir sarana untuk masuk ke pasar Afrika lebih luas lagi sebagai tujuan ekspor komoditas. Mesir dianggap sebagai simpul penting dalam merambah pasar Afrika.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, KBRI, Rabu (27/6/2018) malam di Kairo, menggelar pertemuan bisnis dengan pengusaha Mesir. Acara dihadiri sekitar 250 pelaku usaha dan importir produk Indonesia.
Kegiatan itu digelar untuk menggalang partisipasi pengusaha Mesir agar hadir dalam Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 pada 24-28 Oktober di Jakarta, serta menyambut pelaksanaan Pekan Perdagangan Intra-Afrika (IATF) 2018 di Kairo pada 11-17 Desember 2018.
IATF 2018 diprediksi diramaikan lebih dari 1.000 peserta dari seluruh Afrika. Kegiatan ini bertujuan mempertemukan calon pembeli dan penjual produk unggulan. Ditargetkan, nilai transaksi yang dapat dibukukan IATF 2018 mencapai 25 miliar dollar AS.
Adapun Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 akan menyuguhkan lebih dari 300 produk dan jasa seperti kuliner Nusantara, produk kerajinan, furnitur, dan produk unggulan lokal.
Selain pameran dagang, TEI 2018 juga akan menyuguhkan berbagai kegiatan, seperti seminar, konsultasi bisnis, serta kompetisi ekspor start up. Acara TEI 2018 mengagendakan pula penganugerahan Primaduta Award bagi pembeli yang memiliki loyalitas, komitmen, dan kinerja dalam meningkatkan volume ekspor Indonesia ke luar negeri.
Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 akan menyuguhkan lebih dari 300 produk dan jasa, seperti kuliner Nusantara, produk kerajinan, furnitur, dan produk unggulan lokal.
”Mesir merupakan hub penting dalam pasar Afrika. Untuk memaksimalkan keunggulan ini, tentu dibutuhkan hubungan bisnis yang baik antara Indonesia dan Mesir,” ujar Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Helmy Fauzy.
Fauzy mengatakan, agenda reformasi ekonomi yang dilakukan Pemerintah Mesir sudah menunjukkan hasil menggembirakan, dan Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Mesir pada tahun 2019 dapat mencapai 5,9 persen. ”Perkembangan ini jelas memberikan kontribusi positif terhadap iklim usaha dalam negeri, khususnya dalam meningkatkan aktivitas industri, investasi, ekspor, dan impor,” ujarnya.
Ia menegaskan pula, Mesir merupakan salah satu mitra dagang non-tradisional utama bagi Indonesia di Benua Afrika. Dengan demikian, lanjutnya, pertemuan bisnis ini dilaksanakan untuk lebih mempererat hubungan bisnis antara pelaku usaha Indonesia dan Mesir. ”Selain upaya peningkatan hubungan perdagangan dan penjajakan investasi, forum ini sekaligus ajang tukar pikiran memperkecil hambatan perdagangan di antara kedua negara,” kata Dubes Helmy.
Mesir merupakan salah satu mitra dagang non-tradisional utama bagi Indonesia di Benua Afrika.
Data Badan Pusat Statistik Indonesia menunjukkan, total perdagangan RI-Mesir pada 2017 mencapai 1,505 miliar dollar AS atau naik 2,97 persen dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 1,462 miliar dollar AS. Ekspor Indonesia ke Mesir pada tahun 2017 tercatat 1,253 miliar dollar AS atau naik 12,89 persen dari tahun 2016.
Sejumlah produk ekspor utama Indonesia ke Mesir antara lain kelapa sawit, kopi, ban, karet, dan rempah-rempah. Adapun impor utama Indonesia dari Mesir adalah fosfat, pupuk kimia, serta hasil pertanian dan perkebunan berupa buah-buahan dan kurma.
Terkait investasi, hingga tahun 2017, investasi Indonesia di Mesir mencapai 50 juta dollar AS. Di sisi lain, jumlah investasi Mesir di Indonesia dalam tujuh tahun terakhir 5 juta dollar AS.
Dalam acara temu bisnis itu, sejumlah pengusaha importir Mesir memberikan testimoni mengenai hubungan bisnis dengan Indonesia. Mereka antara lain CEO Baraka Contracting and Trading sekaligus importir ban, Mohamed Abderrahman Baraka; importir kopi, Hassan Haggag; dan importir produk pertanian, Khaled Hamdy.
Dalam testimoninya, Baraka mengaku telah 31 tahun berbisnis dengan pihak Indonesia. Kini, dirinya mengimpor ban mobil asal Indonesia untuk dipasarkan di Mesir. Di mata Baraka, produk Indonesia memiliki kualitas bagus dengan harga yang kompetitif. Bahkan, kualitas ban produksi Indonesia mampu bersaing dengan Eropa. ”Saya sangat senang dan bagi yang ingin berbisnis Indonesia tidak perlu ragu karena eksportir Indonesia sangat membantu,” kata Baraka.
Hassan Haggag, yang terkenal sebagai salah satu importir kopi, menambahkan, kualitas kopi dari Indonesia adalah salah satu yang terbaik di dunia. Tidak mengherankan, katanya, lebih dari 80 persen kopi yang beredar di Mesir berasal dari Indonesia. Dirinya mengungkapkan telah meneken nota kesepahaman impor kopi dari Indonesia pada tahun 2017 lalu senilai 30 juta dollar AS. ”Pengusaha Indonesia terkenal sangat mudah dipercaya dan membantu apabila kita ingin berbisnis dengan Indonesia,” ujar Hassan yang sudah mengimpor kopi dari Indonesia selama 15 tahun.
Senada dengan Baraka dan Hassan, Khaled Hamdy menegaskan, kualitas produk pertanian Indonesia tidak perlu diragukan. Dirinya mencontohkan kualitas kakao Indonesia jauh lebih baik daripada Belanda. ”Saya pikir kakao asal Belanda adalah yang terbaik, tetapi rupanya produk Indonesia jauh lebih baik. Masyarakat Mesir ternyata suka dengan kelapa dan kakao asal Indonesia,” kata Hamdy.