JAKARTA, KOMPAS -- Indonesia dan Malaysia akan lebih serius membela perkebunan dan produk kelapa sawit. Kerja sama dua produsen utama minyak sawit itu diperlukan untuk memastikan pasar bagi produk sawit tetap terbuka.
Presiden Dewan Bisnis Indonesia-Malaysia (IMBC) Tanri Abeng mengatakan, Indonesia-Malaysia menghasilkan hingga 80 persen minyak sawit global. “Saat ini, ada tantangan untuk pemasaran produk sawit. Sebagai produsen utama, Indonesia-Malaysia sepakat mendorong kerja sama soal itu,” ujarnya di sela pertemuan IMBC dengan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohamad, Jumat (29/6/2018), di Jakarta.
Indonesia-Malaysia sebenarnya sudah lama bekerja sama soal sawit. Banyak perusahaan Malaysia berinvestasi pada sektor sawit di Indonesia. Perkebunan sawit milik perusahaan Malaysia tersebar dari Sumatera sampai Papua.
Soal kelapa sawit adalah satu yang dibahas IMBC dengan Mahathir. Hal lain yang dibahas dalam pertemuan itu adalah penjelasan Mahatir atas arah baru Malaysia. Penjelasan itu penting agar pengusaha memiliki panduan berusaha di Malaysia.
“IMBC dibentuk dengan tujuan mendorong investasi dari Indonesia ke Malaysia dan sebaliknya, serta mendorong kerja sama Indonesia-Malaysia untuk berinvestasi di negara lain. Belum semua terwujud,” kata Tanri.
IMBC dibentuk dengan tujuan mendorong investasi dari Indonesia ke Malaysia dan sebaliknya.
Kepada para pebisnis, politisi, dan tokoh dalam IMBC, menurut Tanri, Mahathir mengharapkan ada aliansi Indonesia-Malaysia untuk masuk ke pasar global. Pengusaha Indonesia dan Malaysia didorong mengembangkan bisnisnya ke banyak negara.
Selain bertemu tokoh di IMBC, Mahathir juga bersua dengan Ketua Umum DPP PDI-Perjuangan. Sekretaris Jenderal DPP PDI-Perjuangan Hasto Kristanto mengatakan, Mega dan Mahathir membahas kemungkinan kerja sama partai politik kedua negara. Sebagai sesama politisi senior di kedua negara, Mega berharap Indonesia-Malaysia semakin erat bekerja sama.
Ia juga membenarkan bahwa Mega meminta Mahatir berbagi resep kemenangan di pemilu lalu. Masukan dari Mahatir menjadi salah satu bahan bagi PDI-Perjuangan menghadapi pemilu 2019.