Imbangi China dan Korut, Jepang Beli Sistem Pertahanan Udara Aegis
Oleh
·4 menit baca
TOKYO, SELASA-Jepang akhirnya memutuskan membeli sistem radar canggih Aegis Ashore dari Lockheed Martin Corp. Selain untuk mengimbangi sistem pertahanan China dan Korea Utara, pembelian ini dilakukan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan Amerika.
Sumber pada kementerian pertahanan, Selasa (3/7/2018), mengungkapkan, direncanakan sistem pertahanan antirudal itu akan dipasang pada 2023. Untuk pembelian ini, Pemerintah Jepang diperkirakan akan menaikkan anggaran hingga dua kali lipat dari yang sebelumnya direncanakan, yaitu sebesar 2 miliar dollar AS. Angka persisnya akan disampaikan nanti pada bulan Agustus, kata sumber yang tidak bersedia disebut identitasnya.
Sumber itu menyebutkan, radar buatan Lockheed dipilih karena kemampuannya mendeteksi, serta biaya pemeliharaan dan pengoperasian lebih rendah dari sistem buatan Raytheon.
Selain untuk menyeimbangkan perdagangan, pilihan terhadap sistem pertahanan antirudal buatan AS ini tak terlepas dari kebijakan perdagangan dengan AS. Presiden Donald Trump sebagaimana diberitakan, mendesak Tokyo untuk membeli lebih banyak perlengkapan militer dan barang-barang lain guna membantu menyeimbangkan defisit perdagangan yang terjadi antara AS dan Jepang.
Pembelian sistem pertahanan antirudal buatan AS ini bisa meredakan friksi perdagangan dengan Washington. Surplus perdagangan Jepang pada Mei akan turun 17,3 persen year on year menjadi 3,07 miliar dollar AS. Jumlah ini merupakan yang terendah sejak Januari 2013 saat Jepang meningkatkan impor batubara dan pesawat dari AS.
Proposal anggaran terbaru muncul di tengah meredanya ketegangan di kawasan setelah pertemuan puncak antara Presiden Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura pada Juni lalu. Sebagaimana diwartakan, dalam pertemuan yang cukup bersejarah itu, Kim kembali berjanji untuk melakukan perlucutan nuklir di Semenanjung Korea.
Trump setelah pertemuan itu setuju untuk menghentikan latihan militer yang sebelumnya secara berkala dilakukan bersama Korea Selatan. Penghentian dilakukan selama berlangsung negosiasi dengan Pyongyang.
Masih ancaman
Jepang sendiri sampai saat ini masih menganggap Korut sebagai ancaman langsung, sedangkan perkembangan militer China dipandang sebagai ancaman kekuatan jangka panjang.
”Korut harus memperlihatkan langkah-langkah konkret untuk meninggalkan program nuklir dan rudal. Dan, mereka belum melakukannya,” kata Itsunori Onodera, pejabat kementerian pertahanan dalam jumpa pers, Selasa.
Onodera mengatakan, belum ada keputusan tentang sistem radar Aegis Ashore sebagaimana kabar yang beredar. Pejabat di Lockheed dan Raytheon mengatakan, mereka belum diberi tahu secara resmi tentang hasil penawaran.
Mengurangi kesiagaan
Sebelumnya, pada Minggu, sejumlah pihak mengatakan, pertemuan puncak antara Trump dan Jong Un berpengaruh terhadap situasi di kawasan. Jepang telah menurunkan tingkat kesiagaannya terhadap Korut, kata sejumlah sumber.
Media terkemuka Asahi Shimbun melaporkan, pasukan bela diri Jepang, Jumat, menghentikan program mereka berupa penempatan kapal perang Aegis sebagaimana yang biasa mereka lakukan di Laut Jepang.
Kapal itu sengaja ditempatkan untuk mendeteksi dan mencegat kedatangan rudal-rudal yang melintas. Meski demikian, tulis koran itu lagi, pasukan bela diri Jepang tetap siap siaga mencegat rudal-rudal yang terdeteksi melalui citra satelit.
Sejumlah pejabat di Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan kepada Asahi Shimbun, Tokyo mengikuti langkah yang dilakukan AS yang telah menurunkan tingkat kewaspadaannya di kawasan Indo Pasifik.
Jepang juga telah menghentikan latihan simulasi evakuasi publik saat terjadi serangan rudal Korut sebagaimana yang sebelumnya rutin dilakukan.
Jepang sejak lama merahasiakan postur pertahanannya terhadap Korea Utara, termasuk lokasi-lokasi kapal-kapal canggih Aegis.
Sikap melunak terhadap Korut juga dilakukan Korea Selatan. Presiden Moon Jae-in bahkan sudah dua kali bertemu dengan pemimpin Korut. Pertemuan-pertemuan itu memberikan harapan baru yang sangat positif bagi ketenangan kawasan. Korut di bawah kepemimpinan Kim Jong Un sebelumnya sering kali melakukan uji coba nuklir.
Kecaman yang dilakukan dunia internasional bahkan tidak mampu menghentikan tindakan Korut. Demikian juga sanksi pengucilan yang dijatuhkan selama ini tak mampu membuat Jong Un berhenti dengan uji coba nuklirnya. Pertemuan puncak dengan Presiden Trump dan Presiden Moon Jae-in telah memberi harapan baru.
Kendati demikian, sampai kini belum jelas bentuk perlucutan nuklir yang akan dilakukan Korut. Harian Washington Post, Sabtu, memberitakan, Pyongyang merencanakan untuk tetap mempertahankan persediaan dan fasilitas produksi serta menyembunyikan potensinya dari Amerika. (AFP/REUTERS/RET)