JAKARTA, KOMPAS Indonesia akan melanjutkan upaya-upaya diplomasi guna memastikan tidak ada diskriminasi dalam persoalan menyangkut minyak sawit sebagai salah satu ekspor utama Indonesia. Pemerintah Indonesia menyatakan kesiapannya dalam proses negosiasi dengan Uni Eropa.
Hal itu dinyatakan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi dalam pernyataan di depan media, Selasa (3/7/2018), seusai menerima kunjungan Menlu Belanda Stephanus Abraham Blok, di Jakarta. Pertemuan keduanya digelar di Gedung Pancasila, Kompleks Kementerian Luar Negeri, sekitar 1,5 jam.
”Indonesia dan UE saat ini tengah menegosiasikan kemitraan ekonomi komprehensif melalui forum CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement) yang diharapkan dapat segera selesai. Forum itu wajib memasukkan kepentingan masing-masing pihak, dan kepentingan dari sisi Indonesia adalah dalam hal kelapa sawit,” tutur Retno.
Retno mengungkapkan, dia dan Blok telah membaca draf yang sudah disetujui dalam proses dialog tentang polemik minyak sawit. Menurut Retno, mereka sama-sama memperhatikan dengan saksama hal itu dan dikhawatirkan memicu adanya praktik diskriminasi. Isi draf tentang perubahan lahan secara tak langsung dalam perkebunan kelapa sawit dinilai lebih merefleksikan pandangan Eropa dibandingkan dengan pandangan yang diterima secara internasional.
”Kami mendiskusikan hal itu bersama secara terbuka guna mencapai solusi yang saling menguntungkan,” ujar Retno.
Ekspor minyak sawit Indonesia ke Eropa terancam setelah pada 4 April 2017 Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi yang merekomendasikan pelarangan penggunaan minyak sawit pada bauran energi biodiesel pada 2021. Alasannya, perkebunan kelapa sawit dituding sebagai penyebab deforestasi dan pelanggaran hak asasi manusia.
Pada 14 Juni lalu, Komisi Eropa, Parlemen Eropa, dan Dewan Uni Eropa mencapai kesepakatan politik terkait penggunaan energi terbarukan di Eropa, termasuk kerangka peraturan yang baru, yaitu target energi terbarukan yang mengikat untuk Uni Eropa, sekurang-kurangnya 32 persen pada 2030.
Hubungan istimewa
Kunjungan Blok ke Indonesia ini merupakan yang pertama kali sebagai Menlu Belanda. Dengan kunjungan Blok kali ini, Menlu Retno telah bertemu secara resmi dengan Blok dalam tiga kesempatan. Kesempatan pertama dan kedua terjadi pada Maret lalu di New York, Amerika Serikat, dan pada pertemuan G-20 di Buenos Aires, Argentina, Mei lalu.
Blok menyatakan, tiga pertemuan dirinya dengan Retno itu menandai keistimewaan hubungan Belanda-Indonesia. Indonesia disebutnya sebagai mitra kunci bagi Belanda. Tahun ini juga merupakan tahun kelima penandatanganan kerja sama CEPA dengan Belanda.
Belanda adalah salah satu mitra terpenting Indonesia dalam hal kerja sama ekonomi, terutama di daratan Eropa. Belanda adalah mitra dagang Indonesia terbesar kedua di Eropa. Perdagangan bilateral kedua negara meningkat 27,30 persen pada 2017 dan mencapai lebih dari 5 miliar dollar AS.
Investasi asal Belanda merupakan yang terbesar ketujuh di Indonesia, mencapai 1,49 miliar dollar AS pada 2017 dengan mencakup 871 proyek investasi. Kedatangan wisatawan asal Belanda juga meningkat 5,31 persen dan mencapai 205.844 orang. Ekspor Indonesia juga banyak melalui pelabuhan di Belanda. Minyak sawit sendiri merupakan salah satu komponen ekspor terbesar Indonesia ke Belanda.
Dalam kesempatan itu ditandatangani kerja sama Indonesia-Belanda dalam hal keamanan siber. Hal itu terkait langkah berbagi informasi, pengalaman, sekaligus memastikan pengukuran yang sama melawan praktik serangan siber. Dibahas pula perlunya kerja sama kedua negara dalam hal melawan peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang serta aksi terorisme. (BEN)